Senin, 28 November 2016


PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN MODAL KERJA PENGRAJIN SEPATU, DAN SANDAL DI KECAMATAN
MEDAN AREA KOTA MEDAN

Oleh :
Wahyul
Dosen Fak. Ekonomi Universitas Dian Nusantara, Medan


Abstraksi:
Pengelolaan modal kerja bagi suatu usaha adalah sangat penting. Dengan perencanaan dan pengendalian modal kerja yang baik, diharapkan modal kerja dapat kembali dalam waktu yang singkat melalui penjualan. Dengan demikian dana tersebut akan berputar secara terus menerus setiap periodenya sepanjang hidup perusahaan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengrajin usaha sepatu, dan sandal  mengelola modal kerja. Keberhasil mereka  mengelola modal kerja akan tampak pengaruhnya terhadap perkembangan penjualan, perkembangan laba usaha.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif yang menyangkut dengan perputaran modal kerja, perhitungan besarnya pertumbuhan modal kerja, dan perbandingan untuk menunjukkan kemampuan modal kerja, menghasilkan laba dan jumlah penjualan. 
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagain besar pengrajin sepatu dan sandal berpendidikan SMP, hanya sedikit yang berpendidikan SMA dan Perguruan Tinggi. Namun semangat serta pengalaman mereka relatif berhasil dalam mengelola modal kerja. Keberhasilan ini dapat dilihat dari nilai penjualan yang dicapai, tingkat laba yang dapat diwujudkan, serta perputaran modal kerja.
Dalam upaya peningkatan kemampuan sekaligus juga akan memperluas wawasan  mengenai bidang usaha yang mereka kelola. Pemerintah dan perguruan tinggi sepatutnya mengambil bagian dalam upaya meningkatkan kemampuan para pengrajin sepatu dan sandal, baik melalui penataran, ceramah maupun melalui jasa konsultasi.
Keywords   :  Perencanaan, Pengendalian, Perputaran Modal Kerja, Pengembalian
                      Investasi.

1.  PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
            Setiap perusahaan membutuhkan modal kerja (warking capital) untuk membiayai operasionalnya sehari-hari. Modal kerja merupakan jantung dari sebuah perusahaan. Tersedianya modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk beroperasi lebih mudah. Modal kerja yang berlebihan atau sebaliknya merupakan keadaan yang tidak menguntungkan bagi perusahaan. Berbagai upaya dapat dilakukan agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan modal kerja yaitu perlu adanya analisis terhadap modal kerja yang diperlukan perusahaan.
             Begitu juga dengan pengrajin sepatu dan sandal harus mampu mengelola modal kerja usahanya dengan baik. Dengan perencanaan modal kerja yang baik, maka pengendalian modal kerja akan lebih mudah dilakukan. Dalam operasionalnya semua kegiatan harus berpedoman kepada rencana modal kerja  yang telah disusun  agar tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan. Pengendalian mempunyai sifat preventif. Jika seandainya terdapat penyimpangan kegiatan dari rencana dan penyimpangan ini diluar batas toleransi, maka tindakan korektif perlu dilakukan. Tindakan korektif ini adalah merupakan sisi represif dari pengendalian.     
Kegiatan-kegiatan yang dibiayai oleh modal kerja diharapkan dapat kembali dalam waktu yang singkat melalui penjualan. Uang yang bersumber dari hasil penjualan akan dikeluarkan kembali guna membiayai operasional perusahaan selanjutnya. Dengan demikian dana tersebut akan berputar secara terus menerus setiap periodenya sepanjang hidup perusahaan.
            Berkaitan dengan hal yang dikemukakan di atas  dirasa perlu untuk diteliti kemampuan pengrajin usaha sepatu, dan sandal  mengendalikan modal kerja mereka khususnya yang beroperasi di kawasan Kecamatan Medan Area sekitarnya. Keberhasil mereka  mengelola modal kerja akan tampak pengaruhnya terhadap pengembangan penjualan, perkembangan laba dan sebagainya dari usaha mereka.
Dari hasil penelitian ini akan dapat dikembangkan upaya untuk meningkatkan kemampuan pengrajin sepatu dan sandal  dalam mengelola modal kerja, yang pada akhirnya dapat mengermbangkan pengarajin sepatu dan sandal sebagai ekonomi basis di daerah Kecamatan Medan Area sekitarnya.  

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :
a.    Berkurang atau berlebih modal kerja dapat mengurangi peluang bagi perusahaan dalam meningkatkan kemampulabaan perusahaan.
b.    Profit margin yang rendah ataupun perputaran asset yang rendah berakibat Return On Invesment menjadi rendah.

1.3.      Rumusan Masalah      
            Dalam menyikapi berbagai masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian adalah “Apakah semua pengrajin usaha sepatu, dan sandal telah mengelola modal kerjanya secara efektif dan efisien ?”

1.4.      Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan Penelitian
            Sesuai bidang penelitian yang dilakukan maka  tujuan penelitian ini dapat dikemukan sebagai berikut :
a.    Untuk mengetahui kemampuan pengrajin usaha sepatu, dan sandal dalam membuat perencanaan tentang modal kerja atau aktiva lancar.
b.    Untuk melihat dan mengetahui bagaimana para pengrajin usaha sepatu, dan sandal merencanakan tentang jumlah utang lancar, khsusunya utang dagang sebagai salah satu sumber utama untuk membiayai modal kerja perusahaan.
c.    Untuk melihat dan mengetahui peranan modal kerja dalam meningkatkan jumlah penjualan sekaligus untuk mengembangkan usahanya menjadi lebih besar.
d.    Untuk melihat dan mengetahui peranan modal kerja dalam menciptakan laba perusahaan bagi pengrajin usaha sepatu, dan sandal.
e.    Untuk melihat kemampuan dari pengrajin usaha sepatu, dan sandal dalam mengendalikan modal kerja atau aktiva lancar.
f.     Untuk melihat kemampuan dari para pengrajin usaha sepatu, dan sandal dalam mengendalikan utang lancar atau utang dagang yang mereka gunakan untuk membiayai modal kerja mereka.



1.4.2. Manfaat Penelitian
            Hasil penelitian akan berguna sedikitnya bagi empat kelompok ataun badan. Keempat kelompok tersebut adalah :
a.    Bagi Pemerintah sebagai masukan bagi para pembuat keputusan bidang pembinaan dan pengembangan pengrajin umumnya serta pengrajin usaha sepatu, dan sandal khususnya.
b.    Bagi pengrajin usaha sepatu, dan sandal hasil penelitian akan dapat :
-          Menambah pengetahuan untuk mengelola usahanya secara lebih baik.
-          Membuat perencanaan dan mengendalilkan modal kerja dengan baik.
-          Mampu mengelola modal kerja lebih baik.
-          Meningkatkan jumlah penjualan dan sekaligus menurunkan biaya yang berkaitan dengan modal kerja.
-          Menunjukkan kelemahan-kelemahan mereka selama ini khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan modal kerja
-          Melakukan teknik pengendalian khusunya teknik pengendalian persediaan.

2. LANDASAN TEORETIS

2.1. Modal Kerja.
Modal kerja merupakan alat vital bagi setiap perusahaan dalam mebiayai operasional sehari-hari, misalnya membeli bahan baku, membayar gaji, membayar utang dan lain sebagainya. Ridwan S.Sundjaja & Berlian (2004:155) modal kerja adalah aktiva lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari satu bentuk ke bentuk lainnya dalam melaksanakan suatu usaha atau kas, surat-surat berharga  yang mudah diuangkan (giro, cek, deposito), piutang dagang dan persediaan yang tingkat perputarannya tidak melebihi satu tahun atau jangka waktu normal perusahaan. Sedangkan menurut Purba (2002:125) modal kerja adalah sama dengan aktiva lancar (current asset), yaitu aktiva yang dapat diubah menjadi kas dalam waktu kurang dari satu tahun.
Dari definisi tersebut di atas dapat diketahui bahwa modal kerja adalah nilai aktiva atau harta yang dapat segera dijadikan uang kas untuk  membiayai operasional perusahaan sehari-hari.
Perencanaan dan pengendalian modal kerja melingkupi perencanaan dan pengendalian aktiva lancar  (current assets) dan utang lancar (current liabilities). Dari uraian ini ada dua modal kerja secara umum yaitu modal kerja bruto (gross working capital) dan modal kerja netto (net working capital)

Aktiva lancar :
Modal kerja bruto adalah sama dengan aktiva lancar. Sedangkan modal kerja netto adalah merupakan selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. 
Utang Lancar :
Utang lancar atau pasiva lancar adalah utang dan kewajiban-kewajiban yang harus dibayar dalam waktu satu tahun dengan menggunakan kas.

2.2. Perputaran Modal Kerja
Perputaran modal kerja adalah menggambarkan berapa kali modal kerja berubah menjadi kas  dalam waktu satu tahun (cash cycle). Sebagai anggapan semua kas telah digunakan untuk membeli bahan baku, membayar upah pekerja, dan biaya overhead sampai menghasilkan barang jadi atau produk. Kemudian produk tersebut dijual baik secara tunai maupun kredit. Apabila produk dijual secara tunai, maka perputaran modal kerja menjadi tinggi. Sebaliknya jika produk dijual secara kredit, maka perputaran modal kerja menjadi rendah. Begitu pula jika persediaan produk tersimpan dalam waktu yang lama baru terjual, maka perputaran modal kerja akan rendah dan sebaliknya apabila persediaan produk relatif cepat terjual, maka perputaran modal kerja akan tinggi. Dengan demikian perputaran modal kerja dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : 
a.    Perputaran utang dagang,
Utang dagang timbul karena pembelian kredit dari barang dagangan. Perputaran barang dagang tersebut dapat ditentukan dengan rumus :
                                                 Jumlah pembelian kredit
Perputaran utang dagang =  --------------------------------------
                                                 Utang dagang rata-rata

dalam hal ini jumlah pembelian kredit adalah menggambarkan seluruh barang dagangan yang dibeli selama satu tahun. Sedangkan utang dagang adalah utang dagang yang tercantum dalam pada neraca akhir tahun. Utang dagang rata-rata dapat ditentukan dengan menjumlahkan utang dagang awal tahun ditambah dengan utang dagang akhir tahun dibagi dua.  Umur rata-rata dari piutang dagang dapat ditentukan dengan rumus :
                                                                      360 hari
Umur rata-rata piutang dagang = ----------------------------------------
                                                       Perputaran utang dagang

b.    Perputaran persediaan
Perputaran persediaan dapat ditentukan dengan rumus :
                                                      Jumlah penjualan
Perputaran persediaan = --------------------------------------
                                                Persediaan rata-rata

Persediaan rata-rata adalah penjumlahan persediaan awal tahun dan akhir tahun dibagi dua. Umur rata-rata persediaan dapat pula ditentukan dengan rumus :
                                                     Jumlah penjualan
Umur rata-rata persediaan =  -------------------------------------------
                                                  Perputaran persediaan

c.    Perputaran piutang
Piutang timbul sebagai akibat dari adanya penjualan kredit. Dalam hal ini dianggap semua penjualan dilakukan dengan kredit. Rumus untuk menentukan perputaran piutang tersebut adalah :

                                    Jumlah penjualan kredit
Perputaran piutang = ----------------------------------------
                                          Piutang rata-rata

Umur rata-rata piutang dapat ditentukan dengan rumus :
                                                            360  hari
Umur rata-rata piutang = ------------------------------
                                                      Perputaran piutang

2.3. Perencanaan Modal Kerja
Perencanaan (planning) adalah penetapan terlebih dahulu apa yang akan dilakukan, kapan, dimana, bagaimana, dan siapa yang melakukannya. Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan  mempertimbangkan kondisi yang akan datang yang harus dicapai oleh perusahaan.
Setiap perusahaan apakah bergerak dibidang industri, jasa, perdagangan  dan sebagainya harus menyusun rencana modal kerja  secara baik. Dengan disusunnya rencana modal kerja secara tepat, maka ada dua hal yang dapat dicapai perusahaan :
-       Modal kerja yang diperlukan benar-benar dapat mendukung operasional perusahaan untuk mewujudkan laba sasaran (target profit)  yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
-       Dapat dicegah kemungkinan perusahaan berada dalam posisi secara teknis tidak solvabel (technical insolvency) . Perusahaan yang berada dalam posisi secara teknis tidak solvabel, berarti perusahaan tersebut tidak berkemampuan untuk melunasi kewajiban-kewajibannya dengan baik terutama kewajiban jangka pendek.
Perencanaan modal kerja melingkupi :
a.    Perencanaan laba-rugi.
b.    Perencanaan besarnya modal kerja yang diperlukan
c.    Perencanaan struktur modal kerja (working capital structure) yang terdiri dari :
(1)  Perencanaan kas (2) Perencanaan piutang (3) Perencanaan persediaan barang dagangan
Pimpinan perusahaan juga harus menyusun rencana pembiayaan modal kerja. Perencanaan pembiayaan modal kerja  meliputi hal-hal sebagai berikut :
a.    Perencanaan besarnya utang lancar
b.    Perencanaan strukktur utang lancar (current liabilities structure) yang terdiri :
(1)  Perencanaan utang lancar (2) Perencanaan utang jangka pendek
c.    Perencanaan modal kerja netto
d.    Perencanaan pembiayaan modal kerja netto

2.4. Pengendalilan Modal Kerja
Pengendalian adalah proses melalui mana menajer dapat memastikan bahwa aktivitas dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan Pada hakekatnya proses pengendalian dalam berbagai bidang kegiatan sebuah perusahaan adalah sama. Proses pengendalian di bidang keuangan, pemasaran, sumber daya manusia, dan sebagainya tidak berbeda. Proses pengendalian tersebut adalah sebagai berikut :
a.    Establishing standards.
b.    Measuring performance against these standards.
c.    Correcting deviation from standards and plans (Harold Koontz, 1980 : 722)
Berdasarkan langkah-langkah dari proses pengendalian tersebut pengendalian dapat berjalan baik,  harus ada standar, hasil dari suatu kegiatan serta pengukurannya, dan tindakan koreksi apabila diperlukan.
Agar pengendalian modal kerja dan utang lancar dapat dilaksanakan dengan baik, disamping adanya pedoman pengendalian, juga harus dicatat semua kegiatan yang berkaitan dengan modal kerja atau aktiva lancar. Oleh karena itu pimpinan perusahaan harus memiliki catatan atau buku-buku yang lengkap mengenai aktivitas yang dilaksanakan. Buku-buku dimaksud adalah :
a.    Buku persediaan barang dagangan ;
b.    Buku pembelian.
c.    Buku penjualan.
d.    Buku harian/buku jurnal.
e.    Buku kas.
f.     Buku utang buku piutang

2.5. Kerangka Pikir
            Pengelolaan modal kerja adalah salah satu aspek penting dari seluruh kegiatan manajemen  didalam perusahaan, sebab modal kerja harus mampu mewujudkan jumlah penjualan yang dikehendaki dan mampu memenuhi kewajiban jatuh tempo dari perusahaan. Kebutuhan paling mendasar yang diperlukan bagi kehidupan perusahaan guna membiayai operasionalnya adalah adanyan modal kerja yang cukup.    Adanya modal kerja yang cukup memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi seekonomis mungkin dan perusahaan tidak mengalami kesulitan atau menghadapi bahaya yang mungkin timbul karena adanya kerisis keuangan perusahaan. Modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produktif, hal ini dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan, karena kesempatan memperoleh keuntungan telah disia-siakan. Perencanaan modal kerja yang baik  akan membantu perusahaan untuk meningkatkan laba dan nilai perusahaan serta return on invesment (ROI)   

Oval: ROI
 










Gambar II.1 Kerangka Pikir

3.         METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah daerah Kecamatan Medan Area kota Medan yang mencakup tiga kelurahan yaitu, Kelurahan Tegal Sari-I, Tegal Sari-II, dan Tegal Sari-III. Waktu penelitian ini selama 4 bulan dengan rentang waktu dari bulan April 2011 sampai dengan bulan  Juli 2011,

3.2. Sumber Data
            Sumber data dalam penelitian ini diperoleh langsung dari pemilik usaha pengrajin sepatu, dan sandal.  Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa :
a.    Data Pengrajin sepatu, dan sandal, meliputi tentang pendidikan, pengalaman, dan tempat berusaha.
b.    Modal kerja selama lima tahun yaitu : jumlah dan struktur  modal
c.    Jumlah utang  lancar selama lima tahun
d.    Perkembangan penjualan selama llima tahun
e.    Sumber pembelanjaan modal kerja
f.     Perkembangan laba selama lima tahun
g.    Perkembangan total aktiva selama lima tahun
h.    Buku-buku/catatan yang berhubungan dengan usaha responden.

3.3. Jumlah Responden
            Responden adalah pengrajin sepatu, dan sandal. Agar data yang diperoleh akurat, maka diusahakan data tersebut langsung bersumber dari pimpinan pengrajin. Pada umumnya pimpinan pengrajin sekaligus merupakan pemilik usaha pengrajin sepatu, dan sandal. Jumlah responden seluruhnya 15 pengrajin dengan rincian sebagai berikut :
-          Pengrajin sepatu   : 10  orang
-          Pengrajin sandal   :   5  orang

3.4. Teknik Pengumpulan Data
            Teknik pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan, wawancara, dan menyusun daftar pertanyaan yang khusus untuk diisi oleh responden.

3.5. Teknik Analisis Data
            Untuk menganalisis data-data yang telah dikumpulkan penulis menggunakan metode analisis kuantitatif dan  beberapa metode analisis modal kerja sebagai berikut :
a.    Metode perputaran. Metode ini membuktikan apakah pengelolaan modal kerja dengan semua komponennya telah dilakukan secara efisien dari tahun ke tahun atau tidak.
b.    Metode trend. Metode ini digunakan untuk membuktikan besarnya pertumbuhan dari modal kerja, jumlah penjualan, laba dan sebagainya.
c.    Metode perbandingan. Metode ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan modal kerja menghasilkan laba dan jumlah penjualan. 

4.   HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Kemampuan Responden
Kemampuan dari responden untuk mengembangkan usahanya dilihat dari empat faktor yaitu :
a.    Pendidikan
Gambaran pendidikan dari responden pada waktu mula-mula terjun dibidang pengrajin sepatu, dan sandal  adalah sebagai berikut :
Tabel IV.1
 Tingkat pendidikan dari responden

Tingkat Pendidikan
Responden
Persentase
SD/sederajat                               
6
          40,00%
SMP/Sederajat                             
5
          33,33%
SMA/Sederajat                            
3
          20,00%
Perguruan Tinggi(PT)
1
            6,67%
Jumlah
15
100,00%

Jika dkelompokan SD dan SMP menjadi satu kelompok dan SMA serta Perguruan Tinggi satu kelompok dapat diketahui sebagai berikut:
SD + SMP           =    73.33 %
SMA + PT           =    26,67 %
Jumlah                =  100     %
b.    Pengalaman
Gambaran pengalaman dari para responden ditujukan oleh lamanya mereka telah menjadi  pengrajin sepatu, dan sandal. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel IV.2  dibawah ini
Tabel IV.2
Pengalaman dibidang pengrajin sepatu, dan sandal.

Tahun
Responden
Persentase
Tahun                <   5
1
        6,67 %
Tahun           5   -    9
4
      26,67 %
Tahun         10   -  15
8
      53,33 %
Tahun               >  15
2
      13,33 %
                            Jumlah
15
100,00 %

c.    Mendapat Pengetahuan Tambahan setelah menjadi pengrajin Sepatu, dan Sandal
Dari seluruh responden hanya 7 orang (46,67%) yang telah mendapat pengetahuan tambahan setelah menjadi pengrajin sepatu, dan sandal. Yaitu mengikuti progrm pembinaan Golongan Ekonomi Lemah yang dilaksanakan oleh pemerintah Daerah bekerja sama dengan perguruan Tinggi. Sisanya yaitu 8 orang (53,33%) belum pernah mengikuti program pembinaan tersebut walaupun sebahagian terbesar dari mereka menginginkan mengikuti program tersebut.
d.    Usaha-Usaha menambah pengetahuan melaui jalur non formal
Penambahan pengetahuan melalui jalur non formal dilakukan dengan membaca berbagai media masa untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan dalam mengelola dan mengembankan usaha dari responden.

Tabel IV.3
 Usaha Menambah Pengetahuan

Uraian
Responden
Persentase
Menjadi pelanggan koran/majalah
5
33,33 %
Secara teratur membaca Koran  tetapi tidak menjadi pelanggan
4
26,67 %
Sangat   jarang membaca hanya sekali-sekali membaca koran
6
50,00 %
Jumlah
15
100,00 %

4.2. Pembahasan

4.2.1. Perencanaan Modal kerja
           Berdasarkan data-data yang diperoleh ternyata tidak satupun responden yang yang pernah membuat perencanaan yang lengkap mengenai kegiatan-kegiatan yang akan dijalankan pada waktu berikutnya.
           Dalam mengadakan pemesanan terhadap bahan baku mereka hanya melihat luas ruangannya tempat mereka bekerja dan kalau memungkinkan mereka mengisi ruangan tersebut dengan barang dagangan. Dapat dikatakan bahwa kegiatan sudah merupakan rutinitas.
Karena itu walaupun mereka mempunyai keuntungan, mereka tidak mengerti bagaiman keuntungan tersebut digunakan guna pengembangan selanjutnya. Mereka tidak pernah memikirkan menjadi apa mereka pada masa yang akan datang serta upaya yang akan dikerjakan untuk mewujudkan tujuan tersebut.

4.2.1. Pengendalian Modal Kerja
           Perencanaan lemah akan mengakibatkan pengendalian lemah. Menurut data-data yang  dikumpulkan para responden tidak satupun memiliki catatan yang lengkap mengenai suatu kegiatan tertentu. Dari data-data yang dikumpulkan hanya 2 responden yang pernah mendengar metode-metode pengendalian persedian. Tidak ada catatan yang lengkap mengenai pembelian/ pengadaan, persedian kas masuk dan kas keluar dan sebagainya semuanya dengan bermodalkan pengalaman dan semangat.
Dengan pengalaman mereka dapat mewujudkan hasil dalam bentuk laba, jumlah penjualan yang tinggi dan sebaginya. Apabila mereka mempunyai pengetahuan yang cukup maka hasil yang mereka capai akan jauh lebih besar dari sekarang.

a.    Perkembangan Modal Kerja
Perkembangan modal kerja selama lima tahun mulai dari tahun 2006 sampai dengan 2010 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel IV.4
Perkembangan modal kerja
Tahun
Jumlah Modal Kerja
Persentasi
Naik
Turun
2006
Rp  47.200.000,-
-
-
2007
Rp  50.080.000,-
0,53  %
-
2008
Rp  64.489.000,-
2.62  %
-
2009
Rp  07.680.000,-
7,65  %
-
2010
Rp  22.080.000,-
2,37  %
-

Dari tabel data tersebut diatas dapat dilihat bahwa selama lima tahun jumlah modal kerja dari pengrajin sepatu dan sandal secara teratur terus bertambah. Terjadi kenaikan rata-rata sebesar Rp 18.720.000,- atau rata-rata naik 1,53 % pertahun. Kenaikan modal kerja pada umumnya disebabkan beberapa komponen harga bahan baku mengalami sedikit kenaikan setiap tahunnya.
Selanjutnya dengan menggunakan rumus pertumbuhan Pn= Po (1+ R)n  dapat diketahui rata-rata pertumbuhan modal kerja tiap tahunnya dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

    Pn     
 -------- = (1+ R)n
    P
            n -------------------
1+ R = √  (Pn / Po)

       n ------------------
R = √  (Pn / Po)    - 1
                            
Dimana:  
Po  = Rp 547.200.000,-
P=  Rp 622.080.000,-
n   =  4 ( Perkembangan)
 =  Tingkat pertumbuhan rata-rata
Dengan demikian diperoleh : 
             
         n -------------------
R = √  (Pn / Po)    – 1
       4 -----------------------------------------------------------
R = √  ( 622.080.000 /  547.200.000 )   – 1
          4  ----------------
R = √  1,1368    – 1
                     
R = 1,0325 – 1

R = 0,0325

R = 3,25 %

Berdasarkan perhitungan tersebut diketahui bahwa rata-rata pertumbuhan modal kerja dari responden atau pengrajin adalah 3,25 % per tahun.

b.    Perkembangan penjualan
Jumlah penjualan rata-rata dari para responden selama 5 tahun berturut terus juga bertambah.Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:







Tabel IV.5
Perkembangan Pejualan

Tahun
Nilai Penjualan
Persentasi
Naik
Turun
2006
Rp  2.880.000.000,-
-
-
2007
Rp  2.995.200.000,-
4,00%
-
2008
Rp  3.110.400.000,-
3,85 %
-
2009
Rp  3.168.000.000,-
1,85 %
-
2010
Rp  3.398.000.000,-
7,26 %
-

Dari tabel data tersebut diatas dapat dilihat nilai penjualan selama lima tahun terus mengalami kenaikan. Terjadi kenaikan rata-rata sebesar Rp 129.500.000,- atau rata-rata naik 4,24 % pertahun.                  
Rata-rata pertumbuhan nilai penjualan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 dengan menggunakan rumus pertumbuhan, diperoleh nilai penjualan sebesar 4,22 %:

c.    Perkembangan Total Aktiva
Total aktiva merupakan penjumlahan dari aktiva lancar dengan aktiva tetap. Aktiva tetap adalah harta perusahaan yang dapat digunakan selama lebih dari satu tahun. Berikut perkembangan total aktiva selama lima tahun :

Tabel IV.6
Perkembangan Total Aktiva

Tahun
Modal Kerja
Aktiva Tetap
Total Aktiva
2006
Rp  547.200.000,-
Rp  280.000.000,-
Rp   827.200.000,-
2007
Rp  550.080.000,-
Rp  288.500.000,-
Rp   838.580.000,-
2008
Rp  564.480.000,-
Rp   314.000.000,-
Rp   878.480.000,-
2009
Rp  607.680.000,-
Rp   325.400.000,-
Rp   933.080.000,-
2010
Rp  622.080.000,-
Rp   355.000.000,-
Rp   977.080.000,-

Dari tabel IV.6 diatas dapat dilihat bahwa perkembangan aktiva selama lima tahun mengalami  peningkatan. Kenaikan ini disebabkan seiring adanya kenaikan modal kerja
Tingkat pertumbuhan rata-rata dari total aktiva selama lima tahun dengan menggunakan rumus pertumbuhan, adalah 4,25% pertahun.
Struktur total aktiva dari pengrajin dapat dikemukakan sebagai berikut:

Tabel IV.7
Struktur Aktiva  

Tahun
Modal Kerja
Aktiva Tetap
Total Aktiva
2006
66,15 %
33,85 %
100%
2007
65,60 %
34,40 %
100%
2008
64,26 %
35,74 %
100%
2009
65,13 %
34,87 %
100%
2010
63,67 %
36,33 %
100%

Dari tabel diatas terlihat bahwa peranan modal kerja pada umumnya tetap  lebih besar dari Aktiva tetap. Ini disebabkan pengrajin belum banyak menggunakan alat modern atau masih padat karya.

d.    Perkembangan Laba
Data perkembangan laba yang diperoleh dari lapangan adalah data laba sebelum dipotong pajak pendapatan atau laba sebelum dikenakan pajak. Oleh karena itu untuk menetapkan besarnya laba setelah pajak atau sering dinamakan laba bersih, dibuat asumsi bahwa pajak pendapatan adalah 15%. Berikut perkembangan laba bersih selama lima tahun berturut-turut  :

Tabel IV.8
Perkembangan laba bersih

Tahun
Laba Bersih Rata-rata
Persentasi
Naik
Turun
2006
Rp  691.200.000
-
-
2007
Rp  794.880.000
15,00 %
-
2008
Rp  852.480.000
7,25 %
-
2009
Rp  737.280.000
-
12,51 %
2010
Rp  910.280.000
23,46 %
-

Dari tabel IV.8 diatas dapat dilihat bahwa perkembangan laba bersih dari pengrajin selama lima tahun berturut-turut tidak teratur. Tahun 2007 laba bersih mengalami kenaikan sebesar Rp 103.680.000,-.  Tahun 2008 laba bersih naik Rp 57.600.000,-. Tahun 2009 terjadi penurunan labah bersih sebesar Rp 11.5200.000,-.  Hal ini disebabkan beberapa komponen harga bahan baku pada tahun 2009 mengalami kenaikan yang cukup menggangu pendapatan laba bersih. Namum tahun 2010 labah bersih kembali naik sebesar Rp 173.000.000,- Kenaikan ini disebabkan naiknya harga jual dan meningkatnya daya beli masyarakat.
Tingkat perkembanagan laba bersih rata-rata selama lima tahun dengan menggunakan rumus pertumbuhan, diperoleh ssebesar 7,13 %

Setelah diketahui besarnya total Aktiva dan laba bersih dari para responden maka telah dapat pula ditentukan besarnya Returnn on Inventement  (ROI) selama lima tahun sebagai berikut:
Tabel IV.9
Perkembangan Return on Invesment

Tahun
Total Aktiva
( A )
Laba Bersih
Rata-rata
( B )
Return on Invesment
(B/A x 100%)
2006
Rp   827.200.000,-
Rp  691.200.000,-
83,56 %
2007
Rp   838.580.000,-
Rp  794.880.000,-
94,79 %
2008
Rp   878.480.000,-
Rp  852.480.000,-
97,04 %
2009
Rp   933.080.000,-
Rp  737.280.000,-
79,02 %
2010
Rp   977.080.000,-
Rp  910.080.000,-
93,14 %

Dari tabel IV.9 diatas dapat dilihat return on investment (ROI) cukup tinggi, hal ini disebabkan para pengrajin masih menggunakan alat-alat tradisional yang belum moderen sehingga total aktiva masih kecil.
Perkembanagan marjin laba dari responden selam lima tahun bertut-turut adalah sebagai berikut :



Tabel IV.10
Perkembangan Marjin Laba.

Tahun
Hasil Penjualan
( A )
Laba Bersih
Rata-rata
( B )
Marjin laba
(B/A x 100%)
2006
Rp  2.880.000.000,-
Rp  691.200.000,-
24,00 %
2007
Rp  2.995.200.000,-
Rp  794.880.000,-
26,54 %
2008
Rp  3.110.400.000,-
Rp  852.480.000,-
27,41 %
2009
Rp  3.168.000.000,-
Rp  737.280.000,-
23,27 %
2010
Rp  3.398.000.000,-
Rp  910.080.000,-
26,78 %

Dari Tabel IV.10  di atas dapat dilihat bahwa pola perkembangan marjin laba relatif hampir sama setiap tahunnya. Marjin laba yang terendah terjadi pada tahun 2009   dan yang tertinggi terdapat pada tahun 2010.  
Marjin laba yang diperoleh dapat dikatakan relatif sedang dan masih dapat ditingkatkan apabila pengrajin bekerja lebih efisien.

e.    Kemampuan modal kerja menghasilkan penjualan dan laba
Kemampuan modal kerja untuk menghasilkan penjualan di ukur dari besarnya jumlah penjualan yang dapat dicapai oleh setiap satu rupiah modal kerja. Hal ini dapat dilihat pada tabel IV.11
Tabel IV.11
Kemampuan Modal Kerja Menghasilkan Jumlah Penjualan

Tahun
Modal Kerja
(A)
Jumlah
Penjualan
(B)
Kemampuan Setiap Rupiah Modal Kerja Menghasilkan Penjualan
(B/A)
2006
Rp  547.200.000,-
Rp  2.880.000.000,-
Rp  5,26
2007
Rp  550.080.000,-
Rp  2.995.200.000,-
Rp  5,45
2008
Rp  564.480.000,-
Rp  3.110.400.000,-
Rp  5,51
2009
Rp  607.680.000,-
Rp  3.168.000.000,-
Rp  5,21
2010
Rp  622.080.000,-
Rp  3.398.000.000,-
Rp  5,46

Kemampuan setiap rupiah modal kerja untuk menghasilkan penjualan tertinggi adalah pada tahun 2008  yaitu Rp 5,51 artinya setiap Rp1 modal kerja menghasilkan penjualan sebesar Rp 5,51
Selanjutnya untuk mengetahui kemampuan setiap rupiah modal kerja  menghasilkan laba dapat dilihat pada  dibawah ini.
Tabel IV.12
Kemampuan Setiap Rupiah Modal Kerja Menghasilkan Laba

Tahun
Modal Kerja
(A)
Jumlah Laba
(B)
Kemampuan Setiap Rupiah Modal Kerja Menghasilkan Laba
(B/A)
2006
Rp  547.200.000,-
Rp  691.200.000,-
Rp  1,26
2007
Rp  550.080.000,-
Rp  794.880.000,-
Rp  1,45
2008
Rp  564.480.000,-
Rp  852.480.000,-
Rp  1,51
2009
Rp  607.680.000,-
Rp  737.280.000,-
Rp  1,21
2010
Rp  622.080.000,-
Rp  910.080.000,-
Rp  1,46

Kemampuan setiap rupiah modal kerja untuk menghasilkan laba tertinggi adalah pada tahun 2008  yaitu Rp 1,51 sedang yang terendah adalah pada tahun 2009 yaitu Rp 1,21.
Berdasarkan data tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa para responden atau para pengarajin sepatu, dan sandal selama lima tahun bekerja dapat dikatakan bekerja secara efisien.

f.     Struktur Modal Kerja
Struktur modal kerja dari responden selama lima tahun berturut-turut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel IV.13
 Struktur Modal Kerja

Tahun
Modal Kerja
Kas
Piutang
Persediaan
Bahan baku
2006
Rp 547.200.000
Rp 244.980.000
Rp 31.500.000
Rp 270.720.000
2007
Rp 550.080.000
Rp 243.720.000
Rp 32.760.000
Rp 273.600.000
2008
Rp 564.480.000
Rp 242.460.000
Rp 34.004.000
Rp 288.000.000
2009
Rp 607.680.000
Rp 241.830.000
Rp 34.650.000
Rp 331.280.000
2010
Rp 622.080.000
Rp 239.310.000
Rp 37.170.000
Rp 345.600.000

Berdasarkan tabel  diatas dapat dilihat bahwa kecuali jumlah kas (yang tidak mempunyai pola perkembangan tertentu), piutang dan persediaan menunjukkan adanya kenaikan dari tahun ke tahun.
Tingkat pertumbuhan rata-rata dari piutang dengan menggunakan rumus pertumbuhan, diperoleh ssebesar 4,22 %.
Selanjutnya tingkat pertumbuhan rata-rata dari nilai persediaan bahan dengan menggunakan rumus pertumbuhan, diperoleh 6,30 %.
Peranan dari masing-Masing komponen modal kerja terhadap modal kerja seluruhnya dapat dilihat pada tabel IV.14.
Tabel IV.14
Peranan komponen-komponen modal kerja

 Tahun
Modal Kerja
Kas
Piutang
Persediaan                         
Bahan baku
2006
100%  
44,77%
5,76%
49,47%
2007
100%  
44,30%
5,96%
49,74%
2008
100%  
42,96%
6,02%
51,02%
2009
100%  
39,80%
5,70%
54,50%
2010
100%  
38,47%
5,98%
55,55%

Tabel IV.14 diatas menunjukkan bahwa peranan dari kas dan persediaan merupakan komponen yang terbesar dalam modal kerja. Untuk kas antara 38% sampai dengan      48 % . Persediaan bahan baku terus menerus bertambah

g.    Perputaran modal kerja
Perputaran modal kerja dari responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini :






Tabel V15
Perputaran Modal Kerja

Thn.
Penjualan
(A)
Modal Kerja
(B)
Perputaran
Modal Kerja
(A/B=C)
Perputaran
Modal Kerja
360/C
2006
Rp 2.880.000.000,-
Rp 547.200.000,-
5,26
68  hari
2007
Rp 2.995.200.000,-
Rp 550.080.000,-
5,45
66  hari
2008
Rp 3.110.400.000,-
Rp 564.480.000,-
5,51
65  hari
2009
Rp 3.168.000.000,-
Rp 607.680.000,-
5,21
69  hari
2010
Rp 3.398.000.000,-
Rp 622.080.000,-
6,43
57  hari

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perputaran modal kerja relatif mengalami kenaikan. Walaupun perputaran modal  kerja terus naik akan tetapi umur dari modal kerja dapat dikatakan menurun tahun 2006 tercatar 68 hari, tahun 2010 menjadi 57 hari. Hal ini menunjukkan pengrajin telah bekerja secara efisein.

h.    Pembelanjaan modal kerja
Karena tidak diperoleh data mengenai utang jangka panjang maka modal kerja Netto dianggap membelanjai dengan modal sendiri seluruhnya dari laba.
Pembelanjaan modal kerja selama lima tahun berturut-turut adalah sebagai berikut:

Tabel  IV.16
Pembelanjaan Modal Kerja

Tahun
Modal
Kerja
Utang Lancar
Modal
Sendiri
2006
Rp  547.200.000,-
Rp 54.144.000,-
Rp 493.056.000
2007
Rp  550.080.000,-
Rp 54.720.000,-
Rp 495.360.000
2008
Rp  564.480.000,-
Rp 57.600.000,-
Rp 506.880.000
2009
Rp  607.680.000,-
Rp 66.240.000,-
Rp 541.440.000
2010
Rp  622.080.000,-
Rp 69.120.000,-
Rp 552.960.000

Dari tabel   diatas dapat dilihat bahwa jumlah  utang lancar dari tahu ke tahun terus bertambah untuk membelanjai modal kerja. Begiitu juga jumlah modal sendiri terus bertambah. Hal ini disebabkan adanya kenaikan harga bahan baku yang cukup meresahkan pengrajin.
Tingkat pertumbuhan rata-rata dari  utang lancar dengan menggunakan rumus pertumbuhan, diperoleh 6,3 %.
Tingkat pertumbuhan rata-rata dari modal sendiri guna membelanjai modal kerja sebesar 2,91 %

Berdasarkan perhitungan diatas dapat dilihat bahwa tingkat pertumbuhan utang lancar yang digunakan untuk membelanjai modal kerja lebih besar dari pertumbuhan rata-rata dari modal sendiri.
Perkembangan peranan dari kedua sumber pembelanjaan modal kerja yaitu utang lancar dan modal sendiri dapat dilihat pada tabel IV.17.






Tabel IV.17
Peranan sumber pembelanjaan modal kerja

Tahun
Modal
Kerja
Utang Lancar
Modal
Sendiri
2006
100%
9,89 %
90,11 %
2007
100%
9,95 %
90,05 %
2008
100%
10,20 %
89,80 %
2009
100%
10,90 %
89,10 %
2010
100%
11,11 %
88,89 %

Tabel  di atas menunjukan bahwa selama lima tahun jumlah utang lancar yang digunakan untuk membelanjai modal kerja berkisar 9% sampai dengan 11% dan modal sendiri  88% samapai dengan 90%.
Dengan demikian jelas bahwa dalam membelanjai modal kerja pengrajin menekankan kepada kemampulabaan modal sendiri walaupun resiko cukup tinggi ditinjau dari likuiditas usahanya..

5.   Simpulan dan Saran

5.1. Simpulan

1. Dalam mengelola modal kerja termasuk merencanakan,melaksanakan maupun mengendalikan, responden (pengrajin sepatu dan sandal) semata mata berdasarkan pada pengalaman dan semangat saja. Hal ini dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut :
a.  pendidikan responden :
-     SD + SMP  …………………..      =    73,33 %
-     SMA + PT   ………………….       =    26,67 %
                           Jumlah                     =  100,00 %
b.  pengalaman  :
-     5 tahun ke atas ....................        =    93,33 %
-     5 tahun ke bawah .............           =      6,67 % 
                         Jumlah                       =  100,00 %
c.   mendapat tambah pengetahuan :
-          telah mendapat tambah pengetahuan      =    46,67 %
-          belum mendapat tambah pengetahuan    =    53,33 %
                                          Jumlah                                    =  100,00 %
2. Modal kerja telah didayagunakan secara relatif baik,hal tersebut dapat dilihat sebagai brikut :
a. Tingkat pertumbuhan modal kerja        = 3,25 %
b.  Tingkat pertumbuhan penjualan           =  4,22 %
3. Total aktiva perusahaan telah didayagunakan secara relatif baik.Hal ini dapat dilihat sebagai berikut :
a.  tingkat pertumbuhan Aktiva                 =   4,25 %
b.  tingkat pertumbuhan laba                    =   7,13 %.
c.  return on investment yang tertinggi adalah pada tahun 2010 (93,14%) sedang yang terendah adalah pada tahun 2009 yaitu 79,02 %.
4.  Persaingan dari pada pengrajin sepatu, dan sandal, bertambah ketat. Hal ini dapat dilihat dari Hal-hal sebagai berikut :
a.    Pertumbuhan pihutang                       =   4,22 %
b.   Pertumbuhan persediaan                   =   6,30 %
Indikator di atas menunjukan bahwa para pengrajin sepatu, dan sandal dalam kebijaksanaan pihutang dinilai cukup baik karena mereka telah menyadari jika piutang terlalu besar akan dapat mengganggu operasional usaha.
5.   Perputaran modal kerja relatif mengalami kenaikan. Walaupun modal  kerja terus naik akan tetapi umur dari modal kerja dapat dikatakan menurun tahun 2006 tercatar 68 hari, tahun 2010 menjadi 57 hari. Hal ini menunjukkan adanya efiseinsi dalam penggunaan modal kerja.
6.   Selama lima tahun jumlah utang lancar yang digunakan untuk membelanjai modal kerja berkisar 9% sampai dengan 11% dan modal sendiri  88% sampai dengan 90%.
Dengan demikian jelas bahwa dalam membelanjai modal kerja perusahaan menekankan kepada kemampulabaan modal sendiri walaupun resiko cukup tinggi ditinjau dari likuiditas perusahaan.
7.    Dari seluruh pengrajin sepatu, dan sandal  hampir tidak pernah mendengar metode- metode pengendalian seperti : tingkat pemesanan ekonomis, pemesanan kembali, pendekatan ABC, dan   sebagainya. Walaupun sudah mendengar mereka tersebut belum pernah menerapkanya dalam    Operasi mereka.

5.2. Saran-saran

            Dari beberapa kesimpulan sebagaimana telah dikemukakan diatas dapat diketahui bahwa para pengrajin sepatu, dan sandal dapat dikatakan berhasil dalam mengelola modal kerja mereka. Ada dua andalan yang mereka gunakan dalam mengelola modal kerja mereka yaitu semangat dan pengalaman sebagai pengrajin sepatu dan sandal.
            Apabila pengetahuan mereka ditambah maka dengan tiga unsur semangat. Pengalaman dan pengetahuan mereka akan dapat mengelola modal kerja mereka dengan lebih baik. Dan pada giliranya hal tersebut akan dapat mengembangkan usaha mereka. Karena mereka telah mempunyai dua unsur utama yaitu semangat dan pengalaman maka saran penulis ditekankan pada penambahan pengetahuan. Penambahan pengetahuan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu sebagai berikut :
1.    Up grading,ceramah dan diskusi
Up grading, ceramah, diskusi dapat dilakukan baik oleh perguruan tinggi, maupun Kementerian Perdagangan atau keduanya. Perlu di ingat dalam melaksanakan up grading, ceramah, diskusi para peserta   pengrajin sepatu dan sandal harus diseleksi secara baik. Dasar seleksi adalah pendidikan,dibidang kegiatan dan sebagainya. Dengan demikian  materi yang akan diberikan dapat dipersiapkan dan ditentukan secara lebih tepat. Dengan demikian  Up grading, ceramah, diskusi akan lebih efektif.
2.    Jasa kosultasi.
Cara ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan cara pertama. Lembaga pelaksana atau perguruan tinggi atau keduanya secara bersama-sama.
Dalam cara ini ditentukan beberapa pengrajin sepatu, dan sandal,   yang dianggap nantinya mampu menjadi “Pola anutan” di lokasi dimana dia berusaha. Secara teratur mereka ini dibina dan dikembangkan selama beberapa waktu. Setelah mereka dianggap mengerti maka mereka baru dilepaskan dalam pengertian pembinaan terhadap mereka dihentikan. Memang untuk cara ini diperlukan dana yang relatif besar akan tetapi hasilnya akan jauh lebih baik.









DAFTAR PUSTAKA


Abdullah Halim dan Sarwoko, 1999, Manajemen Keuangan, Buku I : Manajemen dan Analisis Aktiva, Edisi Kedua, Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.
Bambang Riyanto, 1993, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Tiga, Yogyakarta : Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada, 
Faisal Abdullah, 2005, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Malang : UMM Press
James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, Jr., 1997, Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan, (Terjemahan) Heri Sutojo, Buku Satu, Edisi Kesembilan, Jakarta : Salemba Empat.
Lukas Setia Atmaja, 1999, Manajemen Keuangan, Edisi Kedua, Yogyakarta : Andi Yogyakarta.
Purba, Parentahen, 2002, Analisa dan Perencanaan Keuangan, Edisi, Medan : Fakultas Ekonomi USU.
Ridwan Sundjaja S. & Barlian Inge, 2002, Majemen Keuangan Satu, Jakarta : PT.Prenhallindo.
Sutrisno, 2002, Manajemen Keuangan : Teori, Konsep, dan Aplikasi, Yogyakarta : Eknosia.
Sugiono, 2005, Metode Penenlitian Bisnis, edisi kedelapan, Bandung : Alfabeta.
Williams Chuck, 2001, Manajemen, Buku I, (Terjemahan) M. Sabaruddin Napitupulu, Jakarta : Salemba Empat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar