PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN MODAL KERJA PENGRAJIN SEPATU, DAN SANDAL DI KECAMATAN
MEDAN AREA KOTA MEDAN
Oleh :
Wahyul
Dosen Fak. Ekonomi Universitas Dian Nusantara, Medan
Abstraksi:
Pengelolaan modal kerja
bagi suatu usaha adalah sangat penting. Dengan perencanaan dan pengendalian modal
kerja yang baik, diharapkan modal kerja dapat
kembali dalam waktu yang singkat melalui penjualan. Dengan demikian dana
tersebut akan berputar secara terus menerus setiap periodenya sepanjang hidup
perusahaan.
Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana pengrajin usaha sepatu, dan sandal mengelola modal kerja. Keberhasil mereka mengelola modal kerja akan tampak pengaruhnya
terhadap perkembangan
penjualan, perkembangan laba usaha.
Metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif yang
menyangkut dengan perputaran modal kerja, perhitungan besarnya pertumbuhan
modal kerja, dan perbandingan untuk menunjukkan kemampuan modal kerja,
menghasilkan laba dan jumlah penjualan.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagain besar pengrajin sepatu dan sandal berpendidikan SMP,
hanya sedikit yang berpendidikan SMA dan Perguruan Tinggi. Namun semangat serta
pengalaman mereka relatif berhasil dalam mengelola modal kerja. Keberhasilan
ini dapat dilihat dari nilai penjualan yang dicapai, tingkat laba yang dapat
diwujudkan, serta perputaran modal kerja.
Dalam upaya peningkatan
kemampuan sekaligus juga akan memperluas wawasan mengenai bidang usaha yang mereka kelola.
Pemerintah dan perguruan tinggi sepatutnya mengambil bagian dalam upaya
meningkatkan kemampuan para pengrajin sepatu dan sandal, baik melalui
penataran, ceramah maupun melalui jasa konsultasi.
Keywords : Perencanaan,
Pengendalian, Perputaran Modal Kerja, Pengembalian
Investasi.
1. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Setiap perusahaan membutuhkan modal
kerja (warking capital) untuk membiayai
operasionalnya
sehari-hari. Modal kerja merupakan jantung dari
sebuah perusahaan. Tersedianya modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk
beroperasi lebih mudah. Modal kerja yang berlebihan atau sebaliknya merupakan
keadaan yang tidak menguntungkan
bagi perusahaan. Berbagai upaya dapat dilakukan agar tidak terjadi kelebihan
atau kekurangan modal kerja yaitu perlu adanya analisis terhadap modal kerja
yang diperlukan perusahaan.
Begitu juga dengan pengrajin
sepatu dan sandal harus mampu mengelola modal kerja usahanya dengan baik. Dengan perencanaan modal kerja yang
baik, maka pengendalian modal kerja akan lebih mudah dilakukan. Dalam
operasionalnya semua kegiatan harus berpedoman kepada rencana modal kerja yang telah disusun agar tidak menyimpang dari rencana yang telah
ditetapkan. Pengendalian mempunyai sifat preventif. Jika seandainya terdapat
penyimpangan kegiatan dari rencana dan penyimpangan ini diluar batas toleransi,
maka tindakan korektif perlu dilakukan. Tindakan korektif ini adalah merupakan
sisi represif dari pengendalian.
Kegiatan-kegiatan
yang dibiayai oleh modal kerja diharapkan dapat kembali dalam waktu yang
singkat melalui penjualan. Uang yang bersumber dari hasil penjualan akan
dikeluarkan kembali guna membiayai operasional perusahaan selanjutnya. Dengan
demikian dana tersebut akan berputar secara terus menerus setiap periodenya
sepanjang hidup perusahaan.
Berkaitan dengan hal yang dikemukakan di
atas dirasa perlu
untuk diteliti kemampuan pengrajin
usaha sepatu, dan sandal mengendalikan
modal kerja mereka khususnya yang beroperasi di kawasan Kecamatan Medan Area
sekitarnya. Keberhasil mereka mengelola
modal kerja akan tampak pengaruhnya terhadap pengembangan penjualan,
perkembangan laba dan sebagainya dari usaha mereka.
Dari hasil
penelitian ini akan dapat dikembangkan upaya untuk meningkatkan kemampuan
pengrajin sepatu dan sandal dalam mengelola
modal kerja, yang pada akhirnya dapat mengermbangkan pengarajin sepatu dan
sandal sebagai ekonomi basis di daerah Kecamatan
Medan Area sekitarnya.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat diidentifikasi masalah
sebagai berikut :
a. Berkurang
atau berlebih modal kerja dapat mengurangi peluang bagi perusahaan dalam
meningkatkan kemampulabaan perusahaan.
b. Profit
margin yang rendah ataupun perputaran asset yang rendah berakibat Return On
Invesment menjadi rendah.
1.3. Rumusan
Masalah
Dalam menyikapi berbagai masalah
yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian
adalah “Apakah semua pengrajin usaha sepatu, dan sandal telah mengelola modal
kerjanya secara efektif dan efisien ?”
1.4.
Tujuan dan Manfaat
Penelitian
1.4.1.
Tujuan Penelitian
Sesuai
bidang penelitian yang dilakukan maka
tujuan penelitian ini dapat dikemukan sebagai berikut :
a.
Untuk mengetahui kemampuan pengrajin usaha sepatu, dan sandal dalam
membuat perencanaan tentang modal kerja atau aktiva lancar.
b.
Untuk melihat dan mengetahui bagaimana para pengrajin usaha sepatu, dan sandal
merencanakan tentang jumlah utang lancar, khsusunya utang dagang sebagai salah
satu sumber utama untuk membiayai modal kerja perusahaan.
c.
Untuk melihat dan mengetahui peranan modal kerja dalam
meningkatkan jumlah penjualan sekaligus untuk mengembangkan usahanya menjadi
lebih besar.
d.
Untuk melihat dan mengetahui peranan modal kerja dalam
menciptakan laba perusahaan bagi pengrajin
usaha sepatu, dan sandal.
e.
Untuk melihat kemampuan dari pengrajin usaha sepatu, dan sandal dalam
mengendalikan modal kerja atau aktiva lancar.
f.
Untuk melihat kemampuan dari para pengrajin usaha sepatu, dan sandal dalam
mengendalikan utang lancar atau utang dagang yang mereka gunakan untuk
membiayai modal kerja mereka.
1.4.2.
Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian akan berguna sedikitnya bagi empat kelompok ataun badan. Keempat
kelompok tersebut adalah :
a.
Bagi Pemerintah sebagai masukan bagi para pembuat
keputusan bidang pembinaan dan pengembangan pengrajin umumnya serta pengrajin usaha sepatu, dan sandal khususnya.
b. Bagi
pengrajin usaha sepatu,
dan sandal hasil penelitian akan dapat :
-
Menambah
pengetahuan untuk mengelola usahanya
secara lebih baik.
-
Membuat perencanaan dan mengendalilkan modal kerja
dengan baik.
-
Mampu mengelola modal kerja lebih baik.
-
Meningkatkan jumlah penjualan dan sekaligus menurunkan
biaya yang berkaitan dengan modal kerja.
-
Menunjukkan kelemahan-kelemahan mereka selama ini
khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan modal kerja
-
Melakukan teknik pengendalian khusunya teknik
pengendalian persediaan.
2. LANDASAN
TEORETIS
2.1. Modal
Kerja.
Modal kerja
merupakan alat vital bagi setiap perusahaan dalam mebiayai operasional sehari-hari,
misalnya membeli bahan baku, membayar gaji, membayar utang dan lain sebagainya.
Ridwan S.Sundjaja & Berlian (2004:155) modal kerja adalah aktiva lancar
yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari satu bentuk ke bentuk
lainnya dalam melaksanakan suatu usaha atau kas, surat-surat berharga yang mudah diuangkan (giro, cek, deposito),
piutang dagang dan persediaan yang tingkat perputarannya tidak melebihi satu
tahun atau jangka waktu normal perusahaan. Sedangkan menurut Purba (2002:125)
modal kerja adalah sama dengan aktiva lancar (current asset), yaitu aktiva yang dapat diubah menjadi kas dalam
waktu kurang dari satu tahun.
Dari definisi
tersebut di atas dapat diketahui bahwa modal kerja adalah nilai aktiva atau
harta yang dapat segera dijadikan uang kas untuk membiayai operasional perusahaan sehari-hari.
Perencanaan
dan pengendalian modal kerja melingkupi perencanaan dan pengendalian aktiva
lancar (current assets) dan utang lancar (current liabilities). Dari uraian ini ada dua modal kerja secara
umum yaitu modal kerja bruto (gross
working capital) dan modal kerja netto (net
working capital)
Aktiva lancar :
Modal kerja bruto adalah sama dengan aktiva lancar.
Sedangkan modal kerja netto adalah merupakan selisih antara aktiva lancar
dengan utang lancar.
Utang Lancar :
Utang lancar atau pasiva lancar adalah utang dan
kewajiban-kewajiban yang harus dibayar dalam
waktu satu tahun dengan menggunakan kas.
2.2.
Perputaran Modal Kerja
Perputaran
modal kerja adalah menggambarkan berapa kali modal kerja berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun (cash cycle). Sebagai anggapan semua kas telah digunakan untuk
membeli bahan baku, membayar upah pekerja, dan biaya overhead sampai
menghasilkan barang jadi atau produk. Kemudian produk tersebut dijual baik
secara tunai maupun kredit. Apabila produk dijual secara tunai, maka perputaran
modal kerja menjadi tinggi. Sebaliknya jika produk dijual secara kredit, maka
perputaran modal kerja menjadi rendah. Begitu pula jika persediaan produk
tersimpan dalam waktu yang lama baru terjual, maka perputaran modal kerja akan
rendah dan sebaliknya apabila persediaan produk relatif cepat terjual, maka
perputaran modal kerja akan tinggi. Dengan demikian perputaran modal kerja dipengaruhi oleh
tiga faktor yaitu :
a.
Perputaran utang dagang,
Utang
dagang timbul karena pembelian kredit dari barang dagangan. Perputaran barang
dagang tersebut dapat ditentukan dengan rumus :
Jumlah pembelian kredit
Perputaran utang dagang
= --------------------------------------
Utang dagang rata-rata
dalam hal
ini jumlah pembelian kredit adalah menggambarkan seluruh barang dagangan yang
dibeli selama satu tahun. Sedangkan utang dagang adalah utang dagang yang tercantum dalam pada neraca akhir tahun. Utang dagang rata-rata dapat
ditentukan dengan menjumlahkan utang dagang awal tahun ditambah dengan utang
dagang akhir tahun dibagi dua. Umur
rata-rata dari piutang dagang dapat ditentukan dengan rumus :
360 hari
Umur rata-rata piutang dagang =
----------------------------------------
Perputaran utang dagang
b.
Perputaran persediaan
Perputaran persediaan dapat ditentukan
dengan rumus :
Jumlah
penjualan
Perputaran persediaan =
--------------------------------------
Persediaan rata-rata
Persediaan rata-rata adalah
penjumlahan persediaan awal tahun dan akhir tahun dibagi dua. Umur rata-rata
persediaan dapat pula ditentukan dengan rumus :
Jumlah
penjualan
Umur rata-rata persediaan = -------------------------------------------
Perputaran persediaan
c.
Perputaran piutang
Piutang timbul sebagai akibat dari
adanya penjualan kredit. Dalam hal ini dianggap semua penjualan dilakukan
dengan kredit. Rumus untuk menentukan perputaran piutang tersebut adalah :
Jumlah
penjualan kredit
Perputaran piutang =
----------------------------------------
Piutang
rata-rata
Umur rata-rata piutang dapat
ditentukan dengan rumus :
360 hari
Umur rata-rata piutang =
------------------------------
Perputaran
piutang
2.3.
Perencanaan Modal Kerja
Perencanaan
(planning) adalah penetapan terlebih
dahulu apa yang akan dilakukan, kapan, dimana, bagaimana, dan siapa yang
melakukannya. Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan kondisi yang akan datang
yang harus dicapai oleh perusahaan.
Setiap
perusahaan apakah bergerak dibidang industri, jasa, perdagangan dan
sebagainya harus menyusun rencana modal kerja
secara baik. Dengan disusunnya rencana modal kerja secara tepat, maka
ada dua hal yang dapat dicapai perusahaan :
-
Modal
kerja yang diperlukan benar-benar dapat mendukung operasional perusahaan untuk
mewujudkan laba sasaran (target profit) yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
-
Dapat
dicegah kemungkinan perusahaan berada dalam posisi secara teknis tidak solvabel
(technical insolvency) . Perusahaan
yang berada dalam posisi secara teknis tidak solvabel, berarti perusahaan
tersebut tidak berkemampuan untuk melunasi kewajiban-kewajibannya dengan baik
terutama kewajiban jangka pendek.
Perencanaan
modal kerja melingkupi :
a.
Perencanaan
laba-rugi.
b.
Perencanaan
besarnya modal kerja yang diperlukan
c.
Perencanaan
struktur modal kerja (working capital
structure) yang terdiri dari :
(1) Perencanaan kas (2) Perencanaan
piutang (3) Perencanaan persediaan barang dagangan
Pimpinan
perusahaan juga harus menyusun rencana pembiayaan modal kerja. Perencanaan
pembiayaan modal kerja meliputi hal-hal
sebagai berikut :
a.
Perencanaan
besarnya utang lancar
b.
Perencanaan
strukktur utang lancar (current
liabilities structure) yang terdiri :
(1) Perencanaan utang lancar (2)
Perencanaan utang jangka pendek
c.
Perencanaan
modal kerja netto
d.
Perencanaan
pembiayaan modal kerja netto
2.4.
Pengendalilan
Modal Kerja
Pengendalian adalah proses melalui mana
menajer dapat memastikan bahwa aktivitas dilaksanakan sesuai dengan yang
direncanakan Pada hakekatnya proses pengendalian dalam berbagai bidang kegiatan
sebuah perusahaan adalah sama. Proses pengendalian di bidang keuangan,
pemasaran, sumber daya manusia, dan sebagainya tidak berbeda. Proses
pengendalian tersebut adalah sebagai berikut :
a. Establishing
standards.
b. Measuring
performance against these standards.
c.
Correcting deviation from standards
and plans (Harold
Koontz, 1980 : 722)
Berdasarkan
langkah-langkah dari proses pengendalian tersebut pengendalian dapat berjalan
baik, harus ada standar, hasil dari
suatu kegiatan serta pengukurannya, dan tindakan koreksi apabila diperlukan.
Agar
pengendalian modal kerja dan utang lancar dapat dilaksanakan dengan baik,
disamping adanya pedoman pengendalian, juga harus dicatat semua kegiatan yang
berkaitan dengan modal kerja atau aktiva lancar. Oleh karena itu pimpinan
perusahaan harus memiliki catatan atau buku-buku yang lengkap mengenai
aktivitas yang dilaksanakan. Buku-buku dimaksud adalah :
a.
Buku
persediaan barang dagangan ;
b.
Buku
pembelian.
c.
Buku
penjualan.
d.
Buku
harian/buku jurnal.
e.
Buku
kas.
f.
Buku
utang buku piutang
2.5.
Kerangka Pikir
Pengelolaan
modal kerja adalah salah satu aspek penting dari seluruh kegiatan
manajemen didalam perusahaan, sebab
modal kerja harus mampu mewujudkan jumlah penjualan yang dikehendaki dan mampu
memenuhi kewajiban jatuh tempo dari perusahaan. Kebutuhan paling mendasar yang
diperlukan bagi kehidupan perusahaan guna membiayai operasionalnya adalah
adanyan modal kerja yang cukup. Adanya modal
kerja yang cukup memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi seekonomis mungkin
dan perusahaan tidak mengalami kesulitan atau menghadapi bahaya yang mungkin
timbul karena adanya kerisis keuangan perusahaan. Modal kerja yang berlebihan
menunjukkan adanya dana yang tidak produktif, hal ini dapat menimbulkan
kerugian bagi perusahaan, karena kesempatan memperoleh keuntungan telah
disia-siakan. Perencanaan modal kerja yang baik
akan membantu perusahaan untuk meningkatkan laba dan nilai perusahaan
serta return on invesment (ROI)
Gambar
II.1 Kerangka Pikir
3. METODE PENELITIAN
3.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah daerah Kecamatan
Medan Area kota Medan yang
mencakup tiga kelurahan yaitu, Kelurahan Tegal Sari-I, Tegal Sari-II, dan Tegal
Sari-III. Waktu penelitian ini selama 4 bulan dengan rentang waktu
dari bulan April 2011 sampai dengan bulan
Juli 2011,
3.2.
Sumber Data
Sumber data
dalam penelitian ini diperoleh langsung dari pemilik usaha pengrajin sepatu, dan sandal. Data
yang diperlukan dalam penelitian ini berupa :
a.
Data
Pengrajin sepatu, dan sandal, meliputi tentang pendidikan, pengalaman, dan
tempat berusaha.
b.
Modal
kerja selama lima tahun yaitu : jumlah dan struktur modal
c.
Jumlah
utang lancar selama lima tahun
d.
Perkembangan
penjualan selama llima tahun
e.
Sumber
pembelanjaan modal kerja
f.
Perkembangan
laba selama lima tahun
g.
Perkembangan
total aktiva selama lima tahun
h.
Buku-buku/catatan
yang berhubungan dengan usaha responden.
3.3.
Jumlah Responden
Responden adalah pengrajin sepatu, dan
sandal. Agar data yang diperoleh akurat, maka diusahakan data tersebut langsung
bersumber dari pimpinan pengrajin. Pada umumnya pimpinan pengrajin sekaligus
merupakan pemilik usaha pengrajin sepatu, dan sandal. Jumlah responden
seluruhnya 15
pengrajin dengan rincian sebagai berikut :
-
Pengrajin
sepatu : 10 orang
-
Pengrajin
sandal : 5 orang
3.4.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui
pengamatan, wawancara, dan menyusun daftar pertanyaan yang khusus untuk diisi
oleh responden.
3.5.
Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data-data yang
telah dikumpulkan penulis menggunakan metode analisis kuantitatif dan beberapa
metode analisis modal kerja sebagai berikut :
a.
Metode
perputaran. Metode ini membuktikan apakah pengelolaan modal kerja dengan semua
komponennya telah dilakukan secara efisien dari tahun ke tahun atau tidak.
b.
Metode
trend. Metode ini digunakan untuk membuktikan besarnya pertumbuhan dari modal
kerja, jumlah penjualan, laba dan sebagainya.
c.
Metode
perbandingan. Metode ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan modal kerja menghasilkan
laba dan jumlah penjualan.
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Kemampuan Responden
Kemampuan dari responden untuk
mengembangkan usahanya dilihat dari empat faktor yaitu :
a.
Pendidikan
Gambaran
pendidikan dari responden pada waktu mula-mula terjun dibidang pengrajin sepatu,
dan sandal adalah sebagai berikut :
Tabel IV.1
Tingkat pendidikan dari responden
Tingkat
Pendidikan
|
Responden
|
Persentase
|
SD/sederajat
|
6
|
40,00%
|
SMP/Sederajat
|
5
|
33,33%
|
SMA/Sederajat
|
3
|
20,00%
|
Perguruan Tinggi(PT)
|
1
|
6,67%
|
Jumlah
|
15
|
100,00%
|
Jika dkelompokan SD dan SMP menjadi
satu kelompok dan SMA serta Perguruan Tinggi satu kelompok dapat diketahui
sebagai berikut:
SD + SMP = 73.33
%
SMA + PT = 26,67 %
Jumlah = 100 %
b.
Pengalaman
Gambaran
pengalaman dari para responden ditujukan oleh lamanya mereka telah menjadi pengrajin sepatu, dan sandal. Hal tersebut dapat dilihat
pada tabel IV.2
dibawah ini
Tabel IV.2
Pengalaman dibidang pengrajin sepatu, dan
sandal.
Tahun
|
Responden
|
Persentase
|
Tahun < 5
|
1
|
6,67 %
|
Tahun 5
- 9
|
4
|
26,67 %
|
Tahun 10
- 15
|
8
|
53,33 %
|
Tahun
>
15
|
2
|
13,33
%
|
Jumlah
|
15
|
100,00 %
|
c.
Mendapat
Pengetahuan Tambahan setelah menjadi pengrajin Sepatu,
dan Sandal
Dari
seluruh responden hanya 7 orang (46,67%) yang telah mendapat pengetahuan tambahan setelah
menjadi pengrajin sepatu, dan sandal.
Yaitu mengikuti
progrm pembinaan Golongan Ekonomi Lemah yang dilaksanakan oleh pemerintah
Daerah bekerja sama dengan perguruan Tinggi. Sisanya yaitu 8 orang (53,33%)
belum pernah mengikuti program pembinaan tersebut walaupun sebahagian terbesar
dari mereka menginginkan mengikuti program tersebut.
d.
Usaha-Usaha
menambah pengetahuan melaui jalur non formal
Penambahan
pengetahuan melalui jalur non formal dilakukan dengan membaca berbagai media
masa untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan dalam mengelola dan mengembankan usaha dari
responden.
Tabel IV.3
Usaha Menambah
Pengetahuan
Uraian
|
Responden
|
Persentase
|
Menjadi pelanggan koran/majalah
|
5
|
33,33
%
|
Secara teratur membaca Koran tetapi tidak menjadi pelanggan
|
4
|
26,67
%
|
Sangat jarang membaca hanya sekali-sekali membaca koran
|
6
|
50,00
%
|
Jumlah
|
15
|
100,00
%
|
4.2. Pembahasan
4.2.1. Perencanaan Modal kerja
Berdasarkan data-data yang diperoleh ternyata tidak satupun responden
yang yang pernah membuat perencanaan yang lengkap mengenai kegiatan-kegiatan
yang akan dijalankan pada waktu berikutnya.
Dalam mengadakan pemesanan terhadap bahan
baku mereka hanya melihat
luas ruangannya tempat mereka bekerja dan kalau memungkinkan mereka mengisi
ruangan tersebut dengan barang dagangan. Dapat dikatakan bahwa kegiatan sudah
merupakan rutinitas.
Karena itu walaupun mereka mempunyai
keuntungan, mereka tidak mengerti bagaiman keuntungan tersebut digunakan
guna pengembangan selanjutnya.
Mereka tidak pernah memikirkan menjadi apa mereka pada masa yang akan datang
serta upaya yang akan dikerjakan untuk mewujudkan tujuan tersebut.
4.2.1. Pengendalian Modal Kerja
Perencanaan lemah akan mengakibatkan
pengendalian lemah. Menurut data-data yang dikumpulkan para responden tidak satupun
memiliki catatan yang lengkap mengenai suatu kegiatan tertentu. Dari data-data
yang dikumpulkan hanya 2 responden yang pernah mendengar metode-metode
pengendalian persedian. Tidak ada
catatan yang lengkap mengenai pembelian/ pengadaan, persedian kas masuk dan kas
keluar dan sebagainya semuanya
dengan bermodalkan pengalaman dan semangat.
Dengan pengalaman mereka dapat
mewujudkan hasil dalam bentuk laba, jumlah penjualan yang tinggi dan sebaginya.
Apabila mereka mempunyai pengetahuan yang cukup maka hasil yang mereka capai
akan jauh lebih besar dari sekarang.
a. Perkembangan
Modal Kerja
Perkembangan
modal kerja selama lima tahun mulai
dari tahun 2006
sampai dengan 2010
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel IV.4
Perkembangan modal kerja
Tahun
|
Jumlah
Modal Kerja
|
Persentasi
|
|
Naik
|
Turun
|
||
2006
|
Rp 47.200.000,-
|
-
|
-
|
2007
|
Rp 50.080.000,-
|
0,53
%
|
-
|
2008
|
Rp 64.489.000,-
|
2.62
%
|
-
|
2009
|
Rp 07.680.000,-
|
7,65
%
|
-
|
2010
|
Rp 22.080.000,-
|
2,37
%
|
-
|
Dari
tabel data tersebut diatas dapat dilihat bahwa selama lima tahun jumlah modal
kerja dari pengrajin sepatu dan sandal secara teratur terus bertambah. Terjadi kenaikan rata-rata sebesar Rp
18.720.000,- atau rata-rata naik 1,53 % pertahun. Kenaikan modal
kerja pada umumnya disebabkan beberapa komponen harga
bahan baku mengalami
sedikit kenaikan setiap tahunnya.
Selanjutnya dengan menggunakan
rumus pertumbuhan Pn=
Po (1+
R)n dapat diketahui rata-rata pertumbuhan modal
kerja tiap tahunnya dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Pn
-------- = (1+
R)n
Po
n
-------------------
1+ R = √
(Pn / Po)
n
------------------
R
= √ (Pn / Po) -
1
Dimana:
Po
= Rp
547.200.000,-
Pn =
Rp 622.080.000,-
n =
4 ( Perkembangan)
R = Tingkat pertumbuhan rata-rata
Dengan
demikian diperoleh :
n
-------------------
R
= √ (Pn / Po) – 1
4
-----------------------------------------------------------
R
= √ ( 622.080.000 / 547.200.000
) – 1
4
----------------
R
= √ 1,1368 – 1
R
= 1,0325 – 1
R = 0,0325
R = 3,25 %
Berdasarkan
perhitungan tersebut diketahui bahwa rata-rata pertumbuhan modal kerja dari responden atau pengrajin adalah
3,25 % per tahun.
b. Perkembangan
penjualan
Jumlah
penjualan rata-rata dari para responden selama 5 tahun berturut terus juga
bertambah.Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel IV.5
Perkembangan Pejualan
Tahun
|
Nilai Penjualan
|
Persentasi
|
|
Naik
|
Turun
|
||
2006
|
Rp 2.880.000.000,-
|
-
|
-
|
2007
|
Rp 2.995.200.000,-
|
4,00%
|
-
|
2008
|
Rp 3.110.400.000,-
|
3,85 %
|
-
|
2009
|
Rp 3.168.000.000,-
|
1,85 %
|
-
|
2010
|
Rp 3.398.000.000,-
|
7,26 %
|
-
|
Dari
tabel data tersebut diatas dapat dilihat nilai penjualan selama lima tahun
terus mengalami kenaikan. Terjadi
kenaikan rata-rata sebesar Rp 129.500.000,- atau rata-rata naik 4,24 %
pertahun.
Rata-rata
pertumbuhan nilai penjualan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 dengan
menggunakan rumus pertumbuhan, diperoleh nilai penjualan sebesar 4,22 %:
c. Perkembangan
Total Aktiva
Total
aktiva merupakan penjumlahan dari aktiva lancar dengan aktiva tetap. Aktiva tetap adalah harta perusahaan
yang dapat digunakan selama lebih dari satu tahun. Berikut perkembangan total aktiva selama lima tahun :
Tabel IV.6
Perkembangan Total Aktiva
Tahun
|
Modal
Kerja
|
Aktiva
Tetap
|
Total
Aktiva
|
2006
|
Rp 547.200.000,-
|
Rp 280.000.000,-
|
Rp 827.200.000,-
|
2007
|
Rp 550.080.000,-
|
Rp 288.500.000,-
|
Rp 838.580.000,-
|
2008
|
Rp 564.480.000,-
|
Rp 314.000.000,-
|
Rp 878.480.000,-
|
2009
|
Rp 607.680.000,-
|
Rp 325.400.000,-
|
Rp 933.080.000,-
|
2010
|
Rp 622.080.000,-
|
Rp 355.000.000,-
|
Rp 977.080.000,-
|
Dari tabel IV.6 diatas dapat dilihat bahwa perkembangan aktiva selama lima
tahun mengalami peningkatan. Kenaikan ini disebabkan
seiring adanya kenaikan modal kerja
Tingkat
pertumbuhan rata-rata dari total aktiva selama lima tahun dengan
menggunakan rumus pertumbuhan, adalah
4,25% pertahun.
Struktur
total aktiva dari pengrajin dapat
dikemukakan sebagai berikut:
Tabel IV.7
Struktur Aktiva
Tahun
|
Modal
Kerja
|
Aktiva
Tetap
|
Total
Aktiva
|
2006
|
66,15 %
|
33,85 %
|
100%
|
2007
|
65,60 %
|
34,40 %
|
100%
|
2008
|
64,26 %
|
35,74 %
|
100%
|
2009
|
65,13 %
|
34,87 %
|
100%
|
2010
|
63,67 %
|
36,33 %
|
100%
|
Dari
tabel diatas terlihat bahwa peranan modal kerja pada umumnya tetap lebih
besar dari Aktiva
tetap. Ini disebabkan pengrajin belum banyak menggunakan alat modern atau masih
padat karya.
d. Perkembangan
Laba
Data
perkembangan laba yang
diperoleh dari lapangan adalah data laba
sebelum dipotong pajak pendapatan atau laba sebelum dikenakan pajak. Oleh karena itu untuk menetapkan besarnya
laba setelah pajak atau sering dinamakan laba bersih, dibuat asumsi bahwa pajak pendapatan
adalah 15%. Berikut perkembangan
laba bersih selama lima tahun berturut-turut
:
Tabel IV.8
Perkembangan laba bersih
Tahun
|
Laba
Bersih Rata-rata
|
Persentasi
|
|
Naik
|
Turun
|
||
2006
|
Rp
691.200.000
|
-
|
-
|
2007
|
Rp
794.880.000
|
15,00 %
|
-
|
2008
|
Rp
852.480.000
|
7,25 %
|
-
|
2009
|
Rp
737.280.000
|
-
|
12,51 %
|
2010
|
Rp
910.280.000
|
23,46 %
|
-
|
Dari
tabel IV.8
diatas dapat dilihat bahwa perkembangan laba bersih dari pengrajin selama lima tahun berturut-turut tidak teratur. Tahun 2007
laba bersih mengalami kenaikan sebesar Rp 103.680.000,-. Tahun 2008 laba bersih naik Rp 57.600.000,-.
Tahun 2009 terjadi penurunan labah bersih sebesar Rp 11.5200.000,-. Hal ini disebabkan beberapa
komponen harga bahan
baku pada tahun 2009 mengalami kenaikan yang cukup menggangu pendapatan laba bersih. Namum tahun 2010 labah
bersih kembali naik sebesar Rp 173.000.000,- Kenaikan ini disebabkan naiknya
harga jual dan meningkatnya daya beli masyarakat.
Tingkat
perkembanagan laba bersih rata-rata selama lima tahun dengan
menggunakan rumus pertumbuhan, diperoleh
ssebesar 7,13 %
Setelah
diketahui besarnya total Aktiva dan laba bersih dari para responden maka telah
dapat pula ditentukan besarnya Returnn on Inventement (ROI) selama lima tahun sebagai berikut:
Tabel IV.9
Perkembangan Return on Invesment
Tahun
|
Total
Aktiva
( A )
|
Laba
Bersih
Rata-rata
( B )
|
Return
on Invesment
(B/A x 100%)
|
2006
|
Rp 827.200.000,-
|
Rp 691.200.000,-
|
83,56 %
|
2007
|
Rp 838.580.000,-
|
Rp 794.880.000,-
|
94,79 %
|
2008
|
Rp 878.480.000,-
|
Rp 852.480.000,-
|
97,04 %
|
2009
|
Rp 933.080.000,-
|
Rp 737.280.000,-
|
79,02 %
|
2010
|
Rp 977.080.000,-
|
Rp 910.080.000,-
|
93,14 %
|
Dari
tabel IV.9
diatas dapat dilihat return on investment (ROI) cukup tinggi, hal ini
disebabkan para pengrajin masih menggunakan alat-alat tradisional yang belum
moderen sehingga total aktiva masih kecil.
Perkembanagan
marjin laba dari responden selam lima tahun bertut-turut adalah sebagai berikut
:
Tabel IV.10
Perkembangan Marjin Laba.
Tahun
|
Hasil Penjualan
( A )
|
Laba
Bersih
Rata-rata
( B )
|
Marjin laba
(B/A x 100%)
|
2006
|
Rp 2.880.000.000,-
|
Rp 691.200.000,-
|
24,00 %
|
2007
|
Rp 2.995.200.000,-
|
Rp 794.880.000,-
|
26,54 %
|
2008
|
Rp 3.110.400.000,-
|
Rp 852.480.000,-
|
27,41 %
|
2009
|
Rp 3.168.000.000,-
|
Rp 737.280.000,-
|
23,27 %
|
2010
|
Rp 3.398.000.000,-
|
Rp 910.080.000,-
|
26,78 %
|
Dari Tabel IV.10
di atas dapat dilihat bahwa pola perkembangan marjin laba relatif hampir
sama setiap tahunnya. Marjin laba yang terendah terjadi pada tahun 2009 dan yang tertinggi terdapat pada tahun 2010.
Marjin
laba yang diperoleh dapat dikatakan relatif sedang dan masih dapat ditingkatkan
apabila pengrajin bekerja lebih efisien.
e. Kemampuan
modal kerja menghasilkan penjualan dan laba
Kemampuan
modal kerja untuk menghasilkan penjualan di ukur dari besarnya jumlah penjualan
yang dapat dicapai oleh setiap satu rupiah modal kerja. Hal ini dapat dilihat
pada tabel IV.11
Tabel IV.11
Kemampuan Modal Kerja Menghasilkan Jumlah
Penjualan
Tahun
|
Modal
Kerja
(A)
|
Jumlah
Penjualan
(B)
|
Kemampuan
Setiap Rupiah Modal Kerja Menghasilkan Penjualan
(B/A)
|
2006
|
Rp 547.200.000,-
|
Rp
2.880.000.000,-
|
Rp 5,26
|
2007
|
Rp 550.080.000,-
|
Rp
2.995.200.000,-
|
Rp
5,45
|
2008
|
Rp 564.480.000,-
|
Rp
3.110.400.000,-
|
Rp
5,51
|
2009
|
Rp 607.680.000,-
|
Rp
3.168.000.000,-
|
Rp 5,21
|
2010
|
Rp 622.080.000,-
|
Rp
3.398.000.000,-
|
Rp
5,46
|
Kemampuan
setiap rupiah modal kerja untuk menghasilkan penjualan tertinggi adalah pada
tahun 2008 yaitu Rp 5,51 artinya setiap Rp1 modal kerja
menghasilkan penjualan sebesar Rp 5,51
Selanjutnya
untuk mengetahui kemampuan setiap rupiah modal kerja menghasilkan laba dapat dilihat pada dibawah ini.
Tabel IV.12
Kemampuan Setiap Rupiah Modal Kerja Menghasilkan
Laba
Tahun
|
Modal
Kerja
(A)
|
Jumlah
Laba
(B)
|
Kemampuan
Setiap Rupiah Modal Kerja Menghasilkan Laba
(B/A)
|
2006
|
Rp 547.200.000,-
|
Rp 691.200.000,-
|
Rp
1,26
|
2007
|
Rp 550.080.000,-
|
Rp 794.880.000,-
|
Rp
1,45
|
2008
|
Rp 564.480.000,-
|
Rp 852.480.000,-
|
Rp
1,51
|
2009
|
Rp 607.680.000,-
|
Rp 737.280.000,-
|
Rp
1,21
|
2010
|
Rp 622.080.000,-
|
Rp 910.080.000,-
|
Rp
1,46
|
Kemampuan
setiap rupiah modal kerja untuk menghasilkan laba tertinggi adalah pada tahun 2008
yaitu Rp 1,51 sedang yang terendah adalah pada tahun 2009 yaitu Rp 1,21.
Berdasarkan
data tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa para responden atau para pengarajin
sepatu, dan sandal selama
lima tahun bekerja dapat dikatakan bekerja secara efisien.
f. Struktur
Modal Kerja
Struktur
modal kerja dari responden selama lima tahun berturut-turut dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Tabel IV.13
Struktur Modal Kerja
Tahun
|
Modal
Kerja
|
Kas
|
Piutang
|
Persediaan
Bahan
baku
|
2006
|
Rp 547.200.000
|
Rp 244.980.000
|
Rp 31.500.000
|
Rp 270.720.000
|
2007
|
Rp 550.080.000
|
Rp 243.720.000
|
Rp 32.760.000
|
Rp 273.600.000
|
2008
|
Rp 564.480.000
|
Rp 242.460.000
|
Rp 34.004.000
|
Rp 288.000.000
|
2009
|
Rp 607.680.000
|
Rp 241.830.000
|
Rp 34.650.000
|
Rp 331.280.000
|
2010
|
Rp 622.080.000
|
Rp 239.310.000
|
Rp 37.170.000
|
Rp 345.600.000
|
Berdasarkan
tabel diatas dapat dilihat bahwa kecuali
jumlah kas (yang tidak mempunyai pola perkembangan tertentu), piutang dan persediaan menunjukkan
adanya kenaikan dari tahun ke tahun.
Tingkat
pertumbuhan
rata-rata dari piutang dengan menggunakan rumus pertumbuhan, diperoleh ssebesar 4,22 %.
Selanjutnya tingkat pertumbuhan rata-rata dari nilai
persediaan bahan dengan
menggunakan rumus pertumbuhan, diperoleh
6,30 %.
Peranan dari masing-Masing komponen modal kerja terhadap
modal kerja seluruhnya dapat dilihat pada tabel IV.14.
Tabel IV.14
Peranan komponen-komponen modal kerja
Tahun
|
Modal
Kerja
|
Kas
|
Piutang
|
Persediaan
Bahan
baku
|
2006
|
100%
|
44,77%
|
5,76%
|
49,47%
|
2007
|
100%
|
44,30%
|
5,96%
|
49,74%
|
2008
|
100%
|
42,96%
|
6,02%
|
51,02%
|
2009
|
100%
|
39,80%
|
5,70%
|
54,50%
|
2010
|
100%
|
38,47%
|
5,98%
|
55,55%
|
Tabel IV.14 diatas
menunjukkan bahwa peranan dari kas dan persediaan merupakan komponen
yang terbesar dalam modal kerja. Untuk kas antara 38% sampai dengan 48 % . Persediaan bahan baku terus menerus bertambah
g. Perputaran
modal kerja
Perputaran
modal kerja dari responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel V15
Perputaran Modal Kerja
Thn.
|
Penjualan
(A)
|
Modal
Kerja
(B)
|
Perputaran
Modal
Kerja
(A/B=C)
|
Perputaran
Modal
Kerja
360/C
|
2006
|
Rp
2.880.000.000,-
|
Rp 547.200.000,-
|
5,26
|
68
hari
|
2007
|
Rp
2.995.200.000,-
|
Rp 550.080.000,-
|
5,45
|
66
hari
|
2008
|
Rp
3.110.400.000,-
|
Rp 564.480.000,-
|
5,51
|
65
hari
|
2009
|
Rp
3.168.000.000,-
|
Rp 607.680.000,-
|
5,21
|
69
hari
|
2010
|
Rp
3.398.000.000,-
|
Rp 622.080.000,-
|
6,43
|
57
hari
|
Dari
tabel diatas dapat dilihat bahwa perputaran modal kerja relatif
mengalami kenaikan. Walaupun perputaran
modal kerja terus naik akan tetapi umur
dari modal kerja dapat dikatakan
menurun tahun 2006 tercatar 68 hari, tahun 2010 menjadi 57 hari. Hal ini
menunjukkan pengrajin telah bekerja secara efisein.
h. Pembelanjaan
modal kerja
Karena
tidak diperoleh data mengenai utang jangka panjang maka modal kerja Netto
dianggap membelanjai dengan modal sendiri seluruhnya dari laba.
Pembelanjaan
modal kerja selama
lima tahun berturut-turut adalah sebagai berikut:
Tabel IV.16
Pembelanjaan
Modal Kerja
Tahun
|
Modal
Kerja
|
Utang
Lancar
|
Modal
Sendiri
|
2006
|
Rp 547.200.000,-
|
Rp 54.144.000,-
|
Rp
493.056.000
|
2007
|
Rp 550.080.000,-
|
Rp 54.720.000,-
|
Rp
495.360.000
|
2008
|
Rp 564.480.000,-
|
Rp 57.600.000,-
|
Rp
506.880.000
|
2009
|
Rp 607.680.000,-
|
Rp 66.240.000,-
|
Rp
541.440.000
|
2010
|
Rp 622.080.000,-
|
Rp 69.120.000,-
|
Rp
552.960.000
|
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah utang lancar dari tahu ke tahun terus bertambah untuk membelanjai
modal kerja. Begiitu juga jumlah modal sendiri terus bertambah. Hal ini disebabkan adanya kenaikan harga bahan baku
yang cukup meresahkan pengrajin.
Tingkat
pertumbuhan rata-rata dari utang lancar dengan
menggunakan rumus pertumbuhan, diperoleh
6,3 %.
Tingkat
pertumbuhan rata-rata dari modal sendiri guna membelanjai modal kerja sebesar
2,91 %
Berdasarkan perhitungan diatas dapat
dilihat bahwa tingkat pertumbuhan utang lancar yang digunakan untuk membelanjai modal
kerja lebih besar dari pertumbuhan rata-rata dari modal sendiri.
Perkembangan
peranan dari kedua sumber pembelanjaan modal kerja yaitu utang lancar dan modal
sendiri dapat dilihat pada tabel IV.17.
Tabel IV.17
Peranan sumber pembelanjaan modal
kerja
Tahun
|
Modal
Kerja
|
Utang
Lancar
|
Modal
Sendiri
|
2006
|
100%
|
9,89
%
|
90,11
%
|
2007
|
100%
|
9,95
%
|
90,05
%
|
2008
|
100%
|
10,20
%
|
89,80
%
|
2009
|
100%
|
10,90
%
|
89,10
%
|
2010
|
100%
|
11,11
%
|
88,89
%
|
Tabel di atas
menunjukan bahwa selama lima tahun jumlah utang lancar yang digunakan untuk
membelanjai modal kerja berkisar 9% sampai dengan 11% dan modal sendiri 88% samapai dengan 90%.
Dengan
demikian jelas bahwa dalam membelanjai modal kerja pengrajin menekankan kepada
kemampulabaan modal
sendiri walaupun
resiko cukup tinggi ditinjau
dari likuiditas usahanya..
5.
Simpulan dan Saran
5.1.
Simpulan
1. Dalam mengelola modal kerja termasuk
merencanakan,melaksanakan maupun mengendalikan, responden (pengrajin sepatu dan sandal) semata mata berdasarkan pada pengalaman dan semangat
saja. Hal ini dapat dilihat dari hal-hal sebagai
berikut :
a.
pendidikan responden :
- SD
+ SMP ………………….. = 73,33 %
- SMA
+ PT …………………. = 26,67 %
Jumlah = 100,00 %
b. pengalaman :
- 5
tahun ke atas .................... =
93,33
%
- 5
tahun ke bawah ............. = 6,67 %
Jumlah = 100,00 %
c.
mendapat tambah pengetahuan :
-
telah
mendapat tambah pengetahuan = 46,67 %
-
belum
mendapat tambah pengetahuan = 53,33
%
Jumlah = 100,00 %
2. Modal kerja telah didayagunakan secara
relatif baik,hal tersebut dapat dilihat sebagai brikut :
a.
Tingkat pertumbuhan modal kerja = 3,25 %
b. Tingkat pertumbuhan penjualan =
4,22 %
3. Total aktiva perusahaan telah didayagunakan
secara relatif baik.Hal ini dapat dilihat sebagai berikut :
a. tingkat pertumbuhan Aktiva = 4,25 %
b. tingkat pertumbuhan laba =
7,13
%.
c. return
on investment yang tertinggi adalah pada tahun 2010 (93,14%) sedang yang
terendah adalah pada tahun 2009 yaitu 79,02 %.
4. Persaingan dari pada
pengrajin sepatu, dan sandal, bertambah ketat. Hal ini dapat dilihat dari
Hal-hal sebagai berikut :
a. Pertumbuhan pihutang = 4,22 %
b. Pertumbuhan persediaan = 6,30 %
Indikator di atas menunjukan bahwa para pengrajin sepatu, dan
sandal dalam kebijaksanaan pihutang dinilai cukup baik karena mereka telah
menyadari jika piutang terlalu besar akan dapat mengganggu operasional usaha.
5. Perputaran
modal kerja relatif mengalami kenaikan. Walaupun modal kerja terus naik akan tetapi umur
dari modal kerja dapat
dikatakan menurun tahun 2006 tercatar 68 hari, tahun 2010 menjadi 57 hari.
Hal ini menunjukkan adanya efiseinsi dalam penggunaan modal kerja.
6. Selama lima tahun jumlah utang lancar yang digunakan untuk
membelanjai modal kerja berkisar 9% sampai dengan 11% dan modal sendiri 88% sampai dengan 90%.
Dengan
demikian jelas bahwa dalam membelanjai modal kerja perusahaan menekankan kepada
kemampulabaan modal
sendiri walaupun
resiko cukup tinggi ditinjau
dari likuiditas perusahaan.
7.
Dari seluruh pengrajin sepatu, dan
sandal hampir tidak pernah mendengar metode- metode pengendalian
seperti : tingkat pemesanan ekonomis, pemesanan kembali, pendekatan ABC, dan sebagainya. Walaupun sudah
mendengar mereka tersebut belum pernah menerapkanya dalam Operasi mereka.
5.2. Saran-saran
Dari beberapa kesimpulan sebagaimana telah dikemukakan diatas
dapat diketahui bahwa para pengrajin sepatu, dan
sandal dapat
dikatakan berhasil dalam mengelola modal kerja mereka. Ada dua andalan yang
mereka gunakan dalam mengelola modal kerja mereka yaitu semangat
dan pengalaman sebagai pengrajin sepatu dan sandal.
Apabila pengetahuan mereka ditambah maka dengan tiga
unsur semangat. Pengalaman dan pengetahuan mereka akan dapat mengelola modal
kerja mereka dengan lebih baik. Dan pada giliranya hal tersebut akan dapat
mengembangkan usaha mereka. Karena mereka telah mempunyai dua unsur utama yaitu semangat dan
pengalaman maka saran penulis ditekankan pada penambahan pengetahuan. Penambahan pengetahuan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu sebagai berikut :
1.
Up grading,ceramah dan diskusi
Up grading, ceramah, diskusi dapat dilakukan baik oleh perguruan
tinggi, maupun Kementerian Perdagangan
atau keduanya. Perlu di ingat dalam melaksanakan up grading, ceramah, diskusi para
peserta pengrajin sepatu dan
sandal harus
diseleksi secara baik. Dasar seleksi adalah pendidikan,dibidang kegiatan dan
sebagainya. Dengan demikian materi yang akan diberikan
dapat dipersiapkan dan ditentukan secara lebih tepat. Dengan demikian Up grading, ceramah, diskusi akan lebih
efektif.
2.
Jasa kosultasi.
Cara ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan cara pertama. Lembaga
pelaksana atau perguruan tinggi atau keduanya secara bersama-sama.
Dalam cara ini ditentukan beberapa pengrajin sepatu, dan sandal,
yang
dianggap nantinya mampu menjadi “Pola anutan” di lokasi dimana dia
berusaha. Secara teratur mereka ini dibina dan dikembangkan selama
beberapa waktu. Setelah mereka dianggap mengerti maka mereka baru dilepaskan
dalam pengertian pembinaan terhadap mereka dihentikan. Memang untuk cara ini
diperlukan dana yang relatif besar akan tetapi hasilnya akan
jauh lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Halim dan Sarwoko, 1999, Manajemen
Keuangan, Buku I : Manajemen dan Analisis Aktiva, Edisi Kedua, Yogyakarta :
BPFE-Yogyakarta.
Bambang Riyanto, 1993, Dasar-Dasar
Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Tiga, Yogyakarta : Yayasan Badan Penerbit
Gadjah Mada,
Faisal Abdullah, 2005, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Malang
: UMM Press
James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, Jr., 1997, Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan, (Terjemahan) Heri Sutojo, Buku
Satu, Edisi Kesembilan, Jakarta : Salemba Empat.
Lukas Setia Atmaja, 1999, Manajemen
Keuangan, Edisi Kedua, Yogyakarta : Andi Yogyakarta.
Purba, Parentahen,
2002, Analisa dan Perencanaan Keuangan,
Edisi, Medan : Fakultas Ekonomi USU.
Ridwan Sundjaja S.
& Barlian Inge, 2002, Majemen
Keuangan Satu, Jakarta : PT.Prenhallindo.
Sutrisno, 2002, Manajemen Keuangan : Teori, Konsep, dan
Aplikasi, Yogyakarta : Eknosia.
Sugiono, 2005, Metode Penenlitian
Bisnis, edisi kedelapan, Bandung : Alfabeta.
Williams Chuck, 2001, Manajemen,
Buku I, (Terjemahan) M. Sabaruddin Napitupulu, Jakarta : Salemba Empat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar