LAPORAN PENELITIAN
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN MODAL KERJA PENGRAJIN SEPATU, DAN SANDAL
KECAMATAN MEDAN AREA KOTA MEDAN
Oleh :
Wahyul,
S.E.,M.M.
UNIVERSITAS
DIAN NUSANTARA
BEKERJASAMA
DENGAN
DINAS
PENDIDIKAN
PROVINSI
SUMATERA UTARA
BIDANG DIKMENTI
SEKSI PENDIDIKAN TINGGI
MEDAN
TAHUN 2011
LEMBAR
PENGESAHAN HASIL PENELITIAN
1. a. Judul
Penelitian : Perencanaan
dan Pengendalian Modal Kerja Pengarajin
Sepatu, dan Sandal di
Kecamatan Medan Area Kota
Medan.
b.
Bidang Penelitian : Manajemen
c. Kategori Penelitian :
2.
Ketua Peneliti :
a.
Nama Lengkap : Wahyul, S.E.,M.M.
b.
N.I.P. :
c.
Jenis Kelamin : Laki-laki
d.
Golongan/Pangkat : Lektor
e.
Jabatan Fungsional :Dosen Tetap Fak. Ekonomi
Univ. Dian Nusantara
f.
Jabatan Struktural : -
g.
Fakultas/Jurusan : Ekonomi / Manajemen
h.
Univ./Inst./ST./Akad. : Universitas Dian Nusantara, Medan
i.
Pusat Penelitian :
__________________________________________________________________________
3. Alamat
Peneliti :
a.
Alamat Kantor : Jl. Bromo no. 35 Medan. Telpon
061 - 7368531
b.
Alamat Tinggal : Jl. Matahari VI No.
169. Perumnas Helvetia
Medan
c. Jumlah
Anggota : -
4. Lokasi
Penelitian : Kecamatan Medan Area, Kota Medan
5. Kerja
Sama Dengan Institusi : Dinas
Pendidikan Provinsi Sumatera Utara
6. Lama
Penelitian : 4(empat)
bulan
7. Biaya
Yang diperlukan : Rp
15.000.000,-(lima belas juta rupiah)
8. Sumber
Dana :
Dikti Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara
Bidang Dikmenti Seksi Pendidikan Tinggi
Medan, 2011
Mengetahui :
Peneliti,
Rektor
Universitas Dian Nusantara
Prof.
Aldwin Surya, S.E.,M.Pd.,Ph.D.
Wahyul, S.E.,M.M.
Menyetujui :
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Dikti
Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara
Drs. Saut Aritonang, M. Hum
NIP. 19670615 99303 1 008
SURAT
PERNYATAAN
No. R.140.11.2011
Yang bertanda tangan di bwah ini :
N a m a : Prof. Aldwin Surya, S.E.,M.Pd.,Ph.D
Jabatan :
Rektor Universitas Dian Nusantara, Medan
A l a m a t :
Jl. Bromo No. 35 Medan
Telpon/Faks/E-mail :
061-7368531
Dengan ini
menyatakan:
Nama Peneliti : Wahyul,
S.E.,M.M.
Judul Penelitian : Perencanaan
dan Pengendalian Modal Kerja
Pengrajin Sepatu, dan Sandal, di Kecamatan
Medan Area Kota Medan.
Telah Lulus
seleksi menurut kriteria dan mekanisme yang berlaku di Universitas Dian Nusantara, Medan..
Demikian pernyataaan ini dibuat dengan sebenarnya.
Medan, 2
November 2011
UNIVERSITAS DIAN NUSANTARA
Rektor,
Prof. Aldwin
Surya, S.E.,M.Pd.,Ph.D
ABSTRAKSI
Pengelolaan
modal kerja bagi suatu usaha adalah sangat penting. Adanya perencanaan dan
pengendalian modal kerja yang baik, maka kegiatan-kegiatan yang dibiayai oleh
modal kerja diharapkan dapat kembali dalam waktu yang singkat melalui
penjualan. Uang yang bersumber dari hasil penjualan akan dikeluarkan kembali
guna membiayai operasional perusahaan selanjutnya. Dengan demikian dana tersebut
akan berputar secara terus menerus setiap periodenya sepanjang hidup
perusahaan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana pengrajin usaha sepatu, dan sandal mengelola modal kerja mereka khususnya yang
beroperasi di kawasan Sukaramai Medan sekitarnya. Keberhasil mereka mengelola modal kerja akan tampak pengaruhnya
terhadap pengembangan penjualan, perkembangan laba usaha mereka.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode analisis kuantitatif yang menyangkut dengan perputaran modal
kerja, perhitungan besarnya pertumbuhan modal kerja, dan perbandingan untuk
menunjukkan kemampuan modal kerja, menghasilkan laba dan jumlah penjualan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagain besar
pengrajin sepatu dan sandal berpendidikan SMP, hanya sedikit yang berpendidikan
SMA dan Perguruan Tinggi. Namun semangat serta pengalaman mereka dapat
dikatakan berhasil dalam mengelola modal kerja
mereka.. Keberhasilan ini dapat dilihat dari nilai penjualan yang
dicapai, tingkat laba yang dapat diwujudkan, serta perputaran modal kerja.
Apabila pengetahuan mereka dapat ditingkatkan diharapkan
kemampuan mereka akan bertambah baik
dalam bidang perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian modal kerja,
yang pada akhirnya hasil kerja yang mereka capai akan jauh lebih besar.
Dalam upaya peningkatan kemampuan sekaligus juga akan
memperluas wawasan mengenai bidang usaha
yang mereka kelola. Pemerintah dan perguruan tinggi sepatutnya mengambil bagian
dalam upaya meningkatkan kemampuan para pengrajin sepatu dan sandal, baik
melalui penataran, ceramah maupun melalui jasa konsultasi.
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang atas perkenan-Nya penulis telah dapat menyelesaikan penelitian dengan
mengambil judul “Perencaan dan Pengendalian Modal Kerja Pengrajin Sepatu dan
Sandal Kecamatan Medan Area Kota Medan” .
Penelitian ini dibiayai oleh Dana APBD Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara
bertujuan Untuk mengetahui
kemampuan pengrajin sepatu, dan sandal dalam membuat perencanaan maupun
pengendalian tentang modal kerja atau aktiva lancar.
Dalam melakukan penelitian ini, penulis telah
banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara,
dalam hal ini adalah Bidang Dikmenti Seksi Pendidikan Tinggi .
2. Rektor Universitas Dian Nusantara
3. Kepala LPPM Universitas Dian Nusantara
4. Para pengrajin sepatu dan sandal di kawasan Medan Area
yang telah bersedia mengisi kuesioner yang diberikan.
Penulis hanya dapat
mendo’akan semoga jasa-jasa dan kebaikan Bapak-Ibu, mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Penulis masih
mengharapkan kritik dan saran para pembaca. Semoga peneliti berikutnya dapat
menyempurnakan hasil penelitian ini.
Akhirnya, semoga
tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak melalui pengetahuan
dalam tulisan ini.
Medan, November 2011.
Peneliti
Wahyul, S.E.,M.M.
DAFTAR
ISI
Halaman
ABSTRAKSI
……………………………………………………………………….......... i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI
……………………………………………………………………………..
iii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………………. v
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………………….
vi
BAB I : PENDAHULLUAN
A. Latar
Belakang ……………………………………………………. 1
B. Identifikasi
Masalah ………………………………………………. 2
C. Rumusan
Masalah ………………………………………………. 3
D. Tujuan
dan Manfaat Penelitian …………………………... ……... 3
BAB II : LANDASAAN TEORETIS
A. Modal Kerja ……………………………………………………… 6
1.
Pengertian Modal Kerja ……………………………………….. 6
2.
Perputaran Modal Kerja ……………………………………….. 7
3.
Perencanaan Modal Kerja ……………………………………...
9
4.
Pengendaalian Modal Kerja …………………………………… 10
B. Pengendalian Persediaan ……………………………………….. 11
1.
Metode Persediaan ABC ………………………………………. 12
2.
Metode Jumlah Pembelian yang Ekonomis …………. ……… 13
3. Pemesanan
Kembali …………………………………………… 15
C. Kerangka Pikir
…………………………………………………….. 16
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan
Waktu Penelitian …………………………………… 18
B. Sumber
data …………………………………………………….. 18
C. Jumlah
responden ………………………………………............ 18
D. Teknik
Pengumpulan data ……………………………………... 19
E. Teknik Analisis Data ……………………………………………. 20
Halaman
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kemampuan Responden
........................................................ 21
B. Perencanaan Modal Kerja
....................................................... 24
C. Pengendalian
Modal Kerja ...................................................... 24
BAB V : KESIMPULAN DAN
SARAN
A. Kesimpulan
............................................................................. 39
B. Saran ...................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA
..............................................................................................
43
LAMPIRAN ............................................................................................................ 44
DAFTAR
GAMBAR
Halaman
Gambar II.1. Kerangka Pikir ………………………………………………………………. 17
DAFTAR
TABEL
Halaman
Tabel IV. 1 Tingkat pendidikan dari responden ………………………………….. 21
Tabel IV. 2 Pengalaman dibidang pengrajin sepatu, dan
sandal ……………….. 22
Tabel IV. 3 Usaha Menambah Pengetahuan …………………………………….. 23
Tabel IV. 4 Perkembangan modal kerja …………………………………………. 25
Tabel IV. 5 Perkembangan Pejualan …………………………………………….. 26
Tabel IV. 6 Perkembangan Total Aktiva …………………………………………. 27
Tabel IV. 7 Struktur Aktiva …………………………………………………………. 28
Tabel IV. 8 Perkembangan laba bersih …………………………………………… 29
Tabel IV. 9 Perkembangan Return on Invesment ………………………………. 30
Tabel IV.10 Perkembangan Marjin Laba …………………………………………. 31
Tabel IV.11 Kemampuan Modal Kerja Menghasilkan Jumlah
Penjualan ……… 32
Tabel IV.12 Kemampuan Setiap Rupiah Modal Kerja Menghasilkan
Laba …….. 32
Tabel IV.13 Struktur Modal Kerja ………………………………………………….. 33
Tabel IV.14 Peranan komponen-komponen modal kerja ……………………….. 35
Tabel IV.15 Perputaran Modal Kerja ……………………………………………… 35
Tabel IV.16 Pembelanjaan Modal Kerja ………………………………………….. 36
Tabel IV.17 Peranan sumber pembelanjaan modal kerja ……………………… 38
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap
perusahaan membutuhkan modal kerja (warking
capital) untuk membiayai operasionalnya sehari-hari, misalnya untuk membeli
bahan baku, membayar upah buruh, gaji karyawan, membayar utang dan lain
sebagainya. Oleh karena itu perusahaan
memerlukan modal kerja yang cukup
sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Modal kerja merupakan jantung dari sebuah perusahaan. Tersedianya modal
kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk beroperasi lebih mudah. Modal
kerja yang berlebihan atau sebaliknya merupakan keadaan yang tidak tidak menguntungkan bagi perusahaan. Berbagai
upaya dapat dilakukan agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan modal kerja
yaitu perlu adanya analisis terhadap modal kerja yang diperlukan perusahaan.
Pimpinan
perusahaan haruslah berhati-hati dalam mengelola modal kerja yang dimililkinya.
Pengelolaan modal kerja meliputi pengelolaan aktiva lancar dan pengelolaan
hutang lancar. Perusahaan-perusahaan
yang bergerak dibidang industri, perdagangan atau pedagang perantara
seperti pedagang besar, pengecer dan berbagai jenisnya mempunyai kecendrungan
bahwa modal kerja yang mereka miliki adalah lebih besar dari aktiva tetapnya.
Dengan demikian maka pengelolaan modal kerja bagi perusahaan-perusahaan seperti
ini adalah sangat penting. Dalam hal ini modal kerja sama diartikan dengan
aktiva lancar.
Dengan adanya perencanaan modal kerja yang
baik, maka pengendalian modal kerja akan lebih mudah dilakukan. Dalam
operasionalnya semua kegiatan harus berpedoman kepada rencana modal kerja yang telah disusun agar tidak menyimpang dari rencana yang telah
ditetapkan. Pengendalian mempunyai sifat preventif. Jika seandainya terdapat
penyimpangan kegiatan dari rencana dan penyimpangan ini diluar batas toleransi,
maka tindakan korektif perlu dilakukan. Tindakan korektif ini adalah merupakan
sisi represif dari pengendalian.
Kegiatan-kegiatan yang dibiayai oleh
modal kerja diharapkan dapat kembali dalam waktu yang singkat melalui
penjualan. Uang yang bersumber dari hasil penjualan akan dikeluarkan kembali
guna membiayai operasional perusahaan selanjutnya. Dengan demikian dana
tersebut akan berputar secara terus menerus setiap periodenya sepanjang hidup
perusahaan.
Kaitannya
dengan hal yang dikemukakan di atas
penulis ingin mengetahui bagaimana pengrajin usaha sepatu, dan sandal mengendalikan modal kerja mereka khususnya
yang beroperasi di kawasan Sukaramai Medan sekitarnya. Keberhasil mereka mengelola modal kerja akan tampak pengaruhnya
terhadap pengembangan penjualan, perkembangan laba dan sebagainya dari usaha
mereka.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan di atas dapat diidentifikasi masalah adalah sebagai berikut :
1. Berkurang
atau berlebih modal kerja dapat mengurangi peluang bagi perusahaan dalam
meningkatkan kemampulabaan perusahaan.
2. Profit
margin yang rendah ataupun perputaran asset yang rendah berakibat Return On
Invesment menjadi rendah.
C. Rumusan Masalah
Setiap
perusahaan hendaknya melakukan penganalisisan terhadap modal kerja dan
memberdayakan modal kerja secara efektif dan efisien guna menunjang kelancaran
kegiatan usahanya didalam mencapai kuntungan
maksimal serta kelangsungan hidup perusahaan. Pimpinan perusahaan harus dapat
merencanakan dan mengendalikan modal kerjanya secara tepat. Apabila mereka
gagal dalam merencanakan dan mengendalikan modal kerja tersebut, dapat
dipastikan mereka tidak akan berhasil melaksanakan misinya dengan baik yang
pada gilirannya akan gagal dalam merealisir target laba yang diinginkan.
Setiap perusahan akan menghadapi
masalah-masalah didalam kegiatannya, walaupun masalah yang dihadapi oleh suatu
perusahaan dengan perusahaan yang lain tidak selalu sama. Dalam menyikapi
berbagai masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian adalah :
“Apakah semua
pengrajin usaha sepatu, dan sandal telah mengelola modal kerjanya secara
efektif dan efisien ?”
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai
bidang penelitian yang dilakukan yaitu mengenai bagaimana pengrajin
usaha sepatu, dan sandal
mengelola modal kerja mereka, maka
tujuan penelitian ini dapat dikemukan sebagai berikut :
- Untuk
mengetahui kemampuan pengrajin usaha sepatu,
dan sandal dalam membuat
perencanaan tentang modal kerja atau aktiva lancar meliputi :
-
Jumlah
aktiva lancar yang diperlukan untuk mendukung pencapaian jumlah penjualan
-
Struktur
aktiva lancar yang diinginkan. Struktur aktiva lancar menunjukkan peranan dari
masing-masing unsur modal kerja, yaitu kas, piutang, dan prsediaan barang.
- Untuk
melihat dan mengetahui bagaimana para pengrajin
usaha sepatu, dan sandal
merencanakan tentang jumlah utang lancar, khsusunya utang dagang sebagai
salah satu sumber utama untuk membiayai modal kerja perusahaan.
- Untuk
melihat dan mengetahui peranan modal kerja dalam meningkatkan jumlah
penjualan sekaligus untuk menumbuhkan perusahaan menjadi lebih besar.
- Untuk
melihat dan mengetahui peranan modal kerja dalam menciptakan laba
perusahaan bagi pengrajin usaha sepatu,
dan sandal.
- Untuk
melihat kemampuan dari pengrajin usaha sepatu,
dan sandal dalam
mengendalikan modal kerja atau aktiva lancar.
- Untuk
melihat kemampuan dari para pengrajin usaha sepatu,
dan sandal dalam
mengendalikan utang lancar atau utang dagang yang mereka gunakan untuk
membiayai modal kerja mereka.
2. Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian akan berguna sedikitnya bagi empat kelompok ataun badan. Keempat
kelompok tersebut adalah :
- Bagi
Pemerintah sebagai masukan bagi para pembuat keputusan bidang pembinaan
dan pengembangan pengrajin umumnya serta pengrajin usaha sepatu,
dan sandal khususnya.
- Bagi pengrajin usaha
sepatu, dan sandal hasil penelitian akan dapat :
-
menambah pengetahuan untuk
mengelola usahanya secara lebih baik.
-
Membuat perencanaan dan
mengendalilkan modal kerja dengan baik.
-
Mampu mengelola modal kerja
lebih baik.
-
Meningkatkan jumlah
penjualan dan sekaligus menurunkan biaya yang berkaitan dengan modal kerja.
-
Menunjukkan
kelemahan-kelemahan mereka selama ini khususnya yang berkaitan dengan
pengelolaan modal kerja
-
Melakukan
teknik pengendalian khusunya teknik pengendalian persediaan.
- Bagi
Perguruan Tinggi hasil penelitian ini dapat digunakan oleh staf pengajar
dan mahasiswa sebagai bahan pelajaran maupun diskusi dibidang keuangan
khususnya mengenai modal kerja. Dengan bahan diskusi yang up to date seperti ini akan dapat
menambah wawasan baru bagi mahasiswa, hal ini tentu saja akan banyak
manfaatnya bagi mereka.
- Bagi
perpustakaan hasil penelitian ini akan dimasukkan padan perpustakaan. Hal
ini tentu saja akan menambah koleksi bahan bacaan bagi perpustakaan.
BAB
II
LANDASAN
TEORETIS
A. Modal Kerja.
1. Pengertian Modal Kerja
Modal kerja merupakan
alat vital bagi setiap perusahaan dalam mebiayai operasional sehari-hari,
misalnya membeli bahan baku, membayar gaji, membayar utang dan lain sebagainya.
J.Fred Weston dan Eugene F.Bringham dalam Sawir (2005:125) modal kerja adalah
investasi perusahaan di dalam aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas
(surat-surat berharga), piutang dagang dan persediaan. Ridwan S.Sundjaja &
Berlian (2004:155) modal kerja adalah aktiva lancar yang mewakili bagian dari
investasi yang berputar dari satu bentuk ke bentuk lainnya dalam melaksanakan
suatu usaha atau kas, surat-surat berharga
yang mudah diuangkan (giro, cek, deposito), piutang dagang dan
persediaan yang tingkat perputarannya tidak melebihi satu tahun atau jangka
waktu normal perusahaan. Sedangkan menurut Purba (2002:125) modal kerja adalah
sama dengan aktiva lancar (current asset),
yaitu aktiva yang dapat diubah menjadi kas dalam waktu kurang dari satu tahun.
Dari definisi
tersebut di atas dapat diketahui bahwa modal kerja adalah nilai aktiva atau
harta yang dapat segera dijadikan uang kas untuk membiayai operasional perusahaan sehari-hari.
Perencanaan dan
pengendalian modal kerja melingkupi perencanaan dan pengendalian aktiva
lancar (current assets) dan utang lancar (current liabilities). Dari uraian ini ada dua modal kerja secara
umum yaitu modal kerja bruto (gross
working capital) dan modal kerja netto (net
working capital)
Aktiva lancar :
Modal kerja bruto adalah sama dengan
aktiva lancar. Sedangkan modal kerja netto adalah merupakan selisih antara
aktiva lancar dengan utang lancar.
Utang Lancar :
Utang lancar atau pasiva lancar adalah utang dan
kewajiban-kewajiban yang harus dibayar dalam waktu satu tahun dengan
menggunakan kas.
2. Perputaran Modal Kerja
Perputaran modal kerja adalah
menggambarkan berapa kali modal kerja berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun (cash cycle). Sebagai anggapan semua kas telah digunakan untuk
membeli bahan baku, membayar upah pekerja, dan biaya overhead sampai
menghasilkan barang jadi atau produk. Kemudian produk tersebut dijual baik
secara tunai maupun kredit. Apabila produk dijual secara tunai, maka perputaran
modal kerja menjadi tinggi. Sebaliknya jika produk dijual secara kredit, maka
perputaran modal kerja menjadi rendah. Begitu pula jika persediaan produk
tersimpan dalam waktu yang lama baru terjual, maka perputaran modal kerja akan
rendah dan sebaliknya apabila persediaan produk relatif cepat terjual, maka
perputaran modal kerja akan tinggi. Dengan
demikian perputaran modal kerja dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu :
a) perputaran utang dagang,
b) perputaran
piutang,
c) perputaran
persediaan.
2.1. Perputaran
Utang Dagang
Utang
dagang timbul karena pembelian kredit dari barang dagangan. Perputaran barang
dagang tersebut dapat ditentukan dengan rumus :
Jumlah
pembelian kredit
Perputaran barang dagangan =
--------------------------------------
Utang dagang rata-rata
dalam hal ini
jumlah pembelian kredit adalah menggambarkan seluruh barang dagangan yang
dibeli selama satu tahun. Sedangkan utang dagang adalah utang dagang yang tercantum dalam pada neraca akhir tahun. Utang dagang
rata-rata dapat ditentukan dengan menjumlahkan utang dagang awal tahun ditambah
dengan utang dagang akhir tahun dibagi dua.
Umur rata-rata dari piutang dagang dapat ditentukan dengan rumus :
360 hari
Umur rata-rata
piutang dagang = ----------------------------------------
Perputaran utang
dagang
a.
Perputaran
Persediaan
Perputaran
persediaan dapat ditentukan dengan rumus :
Jumlah penjualan
Perputaran persediaan
= --------------------------------------
Persediaan rata-rata
Persediaan
rata-rata adalah penjumlahan persediaan awal tahun dan akhir tahun dibagi dua.
Umur rata-rata persediaan dapat pula ditentukan dengan rumus :
Jumlah penjualan
Umur rata-rata
persediaan =
-------------------------------------------
Perputaran
persediaan
b.
Perputaran
Piutang
Piutang
timbul sebagai akibat dari adanya penjualan kredit. Dalam hal ini dianggap
semua penjualan dilakukan dengan kredit. Rumus untuk menentukan perputaran
piutang tersebut adalah :
Jumlah
penjualan kredit
Perputaran piutang =
----------------------------------------
Piutang rata-rata
Umur
rata-rata piutang dapat ditentukan dengan rumus :
360
hari
Umur rata-rata
piutang = ------------------------------
Perputaran piutang
3. Perencanaan Modal Kerja
Perencanaan (planning) adalah penetapan terlebih
dahulu apa yang akan dilakukan, kapan, dimana, bagaimana, dan siapa yang
melakukannya. Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan kondisi yang akan datang
yang harus dicapai oleh perusahaan.
Setiap perusahaan
apakah bergerak dibidang industri, jasa, perdagangan dan sebagainya harus menyusun rencana modal
kerja secara baik. Dengan disusunnya
rencana modal kerja secara tepat, maka ada dua hal yang dapat dicapai
perusahaan :
- Modal
kerja yang diperlukan benar-benar dapat mendukung operasional perusahaan untuk
mewujudkan laba sasaran (target profit) yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
- Dapat
dicegah kemungkinan perusahaan berada dalam posisi secara teknis tidak solvabel
(technical insolvency) . Perusahaan
yang berada dalam posisi secara teknis tidak solvabel, berarti perusahaan tersebut
tidak berkemampuan untuk melunasi kewajiban-kewajibannya dengan baik terutama
kewajiban jangka pendek.
Perencanaan modal kerja melingkupi :
a. Perencanaan
laba-rugi.
b. Perencanaan
besarnya modal kerja yang diperlukan
c. Perencanaan
struktur modal kerja (working capital
structure) yang terdiri dari :
(1) Perencanaan
kas (2) Perencanaan piutang (3) Perencanaan persediaan barang dagangan
Pimpinan perusahaan juga harus menyusun
rencana pembiayaan modal kerja. Perencanaan pembiayaan modal kerja meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Perencanaan
besarnya utang lancar
b. Perencanaan
strukktur utang lancar (current
liabilities structure) yang terdiri :
(1) Perencanaan
utang lancar (2) Perencanaan utang jangka pendek yang lain.
c. Perencanaan
modal kerja netto
d. Perencanaan
pembiayaan modal kerja netto
4. Pengendalian Modal Kerja
Pengendalian adalah
proses melalui mana menajer dapat memastikan bahwa aktivitas dilaksanakan
sesuai dengan yang direncanakan (James A.F. Stoner, 1986 : 257). Pada
hakekatnya proses pengendalian dalam berbagai bidang kegiatan sebuah perusahaan
adalah sama. Proses pengendalian di bidang keuangan, pemasaran, sumber daya
manusia, dan sebagainya tidak berbeda. Proses pengendalian tersebut adalah
sebagai berikut :
a.
Establishing
standards.
b.
Measuring
performance against these standards.
c. Correcting deviation from
standards and plans (Harold Koontz, 1980 : 722)
Berdasarkan
langkah-langkah dari proses pengendalian tersebut pengendalian dapat berjalan
baik, harus ada standar, hasil dari
suatu kegiatan serta pengukurannya, dan tindakan koreksi apabila diperlukan.
Agar pengendalian
modal kerja dan utang lancar dapat dilaksanakan dengan baik, disamping adanya
pedoman pengendalian, juga harus dicatat semua kegiatan yang berkaitan dengan
modal kerja atau aktiva lancar. Oleh karena itu pimpinan perusahaan harus
memiliki catatan atau buku-buku yang lengkap mengenai aktivitas yang
dilaksanakan. Buku-buku dimaksud adalah :
a. Buku
persediaan barang dagangan.
b. Buku
pembelian.
c. Buku
penjualan.
d. Buku
harian/buku jurnal.
e. Buku
kas.
f. Buku
utang buku piutang
B. Pengendalian Persediaan
Perusahaan
sering menetapkan berapa jumlah pesanan yang ekonomis
untuk memenuhi kebutuhan terhadap persediaan, serta kapan
dilakukan pesanan kembali terhadap persediaan tersebut. Dari sisi keuangan
pesanan yang ekonomis ini penting karena persediaan merupakan unsur modal
kerja. Dengan ditetapkan pesanan yang ekonomis dan pemesanan kembali
persediaan, selanjutnya dapat diketahui berapa dana yang diperlukan untuk
membeli persediaan tersebut, dan kapan dana tersebut diperlukan juga dapat
diketahui.
Pengrajin
sepatu, dan sandal juga harus dapat menetapkan jumlah persediaan barang
dagangannya secra tepat untuk mencegah turunnya laba atau kehilangan pasar
serta meningkatnya biaya-biaya. Dengan dilakukannya pengendalian yang baik ada
beberapa manfaat yang dapat diperoleh, antara lain :
- Mencegah
menurunnya kegiatan usahanya.
- Mengatasi
naiknya biaya pemesanan dan biaya pemeliharaan
- Mencegah
agar usahanya tidak kehilangan pasar.
- Usahanya
dapat memanfaatkan peluang yang timbul.
Untuk
mengendalikan persediaan, ada beberapa metode yang dapat digunakan. Metode
tersebut adalah :
- Metode
Persediaan ABC (The ABC Method)
- Metode
Jumlah Pembelian yang Ekonomis (Economic
Order Quantity Method)
- Metode Pemesanan
Kembali (Reorder Point Method)
1.
Metode
Persediaan ABC (The ABC Method)
Menurut
metode atau pendekatan ini persediaan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu
kelompok A, kelompok B, dan kelompok C. Kelompok A adalah kelompok persediaan
yang besarnya lebih kurang 20% dari semua jenis persediaann yang ada, akan
tetapi investasi terhadapnya adalah lebih kurang 90% dari total investasi pada
seluruh persediaan. Ciri-ciri dari persediaan seperti ini adalahn harganya
mahal, akan tetapi perputarannya rendah. Kelompok B adalah kelompok persediaan
yang besarnya lebih kurang 30% dari semua jenis persediaan yang ada, akan
tetapi nilai investasi terhadapnya adalah 8% dari seluruh nilai investasi
persediaan. Kelompok C adalah kelompok yang jumlahnya 50% dari semua jenis
persediaan, akan tetapi nilainya hanya 2% dari seluruh investasi pada
persediaan yang bersangkutan.
Dengan
membagi kelompok persediaan menjadi kelompokn A, kelompok B, dan kelompok C,
maka perusahaan telah dapat menetapkan metode pengendalian untuk masing-masing
kelompok tersebut. Pengendalian terhadap kelompok A akan paling intensif dan
paling baik. Pengendalian terhadap kelompk B akan kurang intensif dibandingkan
dengan kelompok A. Pemantauan terhadap kelompok B ini kurang ketat dibandingkan
dengan kelompok A. Perhatian dari pimpinan terhadap kelompok C adalah paling
minimal. Pemesanan terhadap kelompok C ini akan dilakukan secara besar-besaran
agar dapat diperoleh discount ataun harga yang paling murah.
2.
Metode
Jumlah Pembelian yang Ekonomis (Economic
Order Quantity Method)
Metode ini merupakan salah satu alat
untuk menetapkan jumlah pesanan yang optimal untuk jenis tertentu dari
persediaan perusahaan. Metode ini tepat untuk digunakan persediaan kelompok A
yang telah diuraikan pada metode ABC. Jumlah pesanan optimal adalah
menggambarkan jumlah pesanan dengan biaya terendah. Besarnya jumlah pembelian
ekonomis (EOQ) dapat ditentukan dengan berbagai cara, antara lain yang banyak
digunakan adalah dengan penggunaan rumus :
2 . R . S
EOQ = √ -----------------
P . I
R = Jumlah (dalam unit) yang
dibutuhkan selama 1 periode tertentu, misalnya 1 tahun
S = Biaya pesanan setiap kali pesan
P = Harga pembelian per unit
I = Biaya penyimpanan dan
pemeliharaan digudang dinyatakan dalam persentase
dari nilai rata-rata
dalam rupiah dari .
Dalam hal ini kita harus menyadari bahwa pembelian berdasarkan EOQ hanya
dibenarkan kalau syarat-syaratnya dipenuhi. adapun syaratn utamanya adalah :
a. Harga pembelian bahan per unitnya konstan
b. Setiap saat kita membutuhkan bahan selalu tersedia
dipasar
c. jumlah
produksi yang menggunakan bahan tersebut stabil, yang berarti kebutuhan bahan tersebut realatif stabil sepanjang
tahun.
Sebagai ilustrasi dapat dikemukan
sebagai berikut :
Biaya penyimpanan dan pemeliharaan di
gudang (carrying cost) adalah 40%
dari nilai rata-rata persediaan (average
inventory). biaya pesanan (procurement cost) adalah Rp 15,- setiap kali
pesanan. Jumlah material yang dibutuhkan selama setahun sebanyak 1.200 unit
dengan harga Rp 1,- per unitnya. Pertanyaanya berapa jumlah pembelian yang
paling ekonomis ?
Jawab :
2 . R . S 2 x 1.200 x
15 36.000
EOQ = √
----------------- = √ ----------------------- = √ --------------- = √
90.000 = 300 unit
P . I 1
x 40% 0,40
Ini berarti bahwa pembelian yang paling ekonomis adalah
pembelaian bahan sebanyak 300 unit setiap kali pesan (order), ini berarti bahwa
kebutuhan bahan sebanyak 1.200 unit selama 1 tahun akan dipenuhi dengan 4 kali
pesanan. @ 300 unit.
3.
Pemesanan
Kembali (Reorder Point Method)
Pemesanan
kembali adalah titik dimana pemesanan harus dilakukan kembali sehingga bahan
yang dipesan tiba tepat pada waktu bahan tersebutdiperlukan. biasanya sebuah
perusahaan selalu mengadakan persediaan yang aman (safety stock) agar tidak terjadi kemacetan kegiatan, walaupun
persediaan tidak tiba tepat pada waktunya. Rumus
untuk pemesan kembali adalah :
|
untuk menggunakan rumus tersebut harus
dipakai asumsi, bahwa jumlah pemakaian, persediaan bahan adalah sama setiap harinya.
Sebagai ilustrasi dapat dikemukan
sebagai berikut :
Misalnya ditetapkan bahwa safety stock sebesar 50% dari penggunaan selama lead time dan ditetapkan bahwa lead
time adalah 5 minggu, sedangkan kebutuhan bahan setiap minggunya adalah 40
unit. Pertanyaannya berapa titik pemesanan kembali (ROP) ?
ROP
= ( 5 x 40 ) + 50% ( 5 x 40 )
= 200
+ 100
= 300 unit
Dari ilustrasi di atas dapat dikatakan
bahwa pemesanan kembali harus dilakukan pada waktu jumlah persediaan tinggal
300 unit.
Formula
ini dapaat digunakan apabila jumlah pemakaian bahan adalah sama setiap hari dan
waktu menunggu dapat ditentukan dengan tepat.
C. Kerangka Pikir
Pengelolaan
modal kerja adalah salah satu aspek penting dari seluruh kegiatan
manajemen didalam perusahaan, sebab
modal kerja harus mampu mewujudkan jumlah penjualan yang dikehendaki dan mampu
memenuhi kewajiban jatuh tempo dari perusahaan. Kebutuhan paling mendasar yang
diperlukan bagi kehidupan perusahaan guna membiayai operasionalnya adalah
adanyan modal kerja yang cukup. Dana yang telah dikeluarkan untuk membiayai
operasional tersebut, diaharapkan akan dapat kembali masuk dalam jangka waktu
yang relatif pendek melalui hasil usaha perusahaan. Dana yang masuk ke
perusahaan bersumber dari hasil usaha
akan dikeluarkan kembali guna membiayai operasional perusahaan selanjutnya. Dengan demikian dana tersebut akan terus menerus berputar
setiap periodenya.
Adanya
modal kerja yang cukup memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi seekonomis
mungkin dan perusahaan tidak mengalami kesulitan atau menghadapi bahaya yang
mungkin timbul karena adanya kerisis keuangan perusahaan. Modal kerja yang
berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produktif, hal ini dapat
menimbulkan kerugian bagi perusahaan, karena kesempatan memperoleh keuntungan
telah disia-siakan. Perencanaan modal kerja yang baik akan membantu perusahaan untuk meningkatkan
laba dan nilai perusahaan.
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Modal kerja bruto adalah sama dengan
aktiva lancar. Sedangkan modal kerja netto adalah selisih antara aktiva lancar
dengan utang lancar.
Utang lancar atau pasiva lancar adalah utang dan
kewajiban-kewajiban yang harus dibayar dalam waktu satu tahun dengan
menggunakan kas.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah daerah
Kecamatan Medan Area kota Medan yang mencakup tiga kelurahan yaitu, Kelurahan
Tegal Sari-I, Tegal Sari-II, dan Tegal Sari-III. Waktu penelitian ini selama 4 bulan dengan rentang waktu
dari bulan April 2011 sampai dengan bulan
Juli 2011,
B. Sumber Data
Sumber
data dalam penelitian ini diperoleh langsung dari pemilik usaha pengrajin
sepatu, dan sandal. Data yang diperlukan
dalam penelitian ini berupa :
- Data Pengrajin sepatu, dan
sandal, meliputi tentang pendidikan, pengalaman, dan tempat berusaha.
- Modal kerja selama lima
tahun yaitu : jumlah dan struktur
modal
- Jumlah utang lancar selama lima tahun
- Perkembangan penjualan
selama llima tahun
- Sumber pembelanjaan
modal kerja
- Perkembangan laba
selama lima tahun
- Perkembangan total
aktiva selama lima tahun
- Buku-buku/catatan yang
berhubungan dengan usaha responden.
C Jumlah Responden
Responden adala pengrajin sepatu, dan sandal. Agar data yang
diperoleh akurat, maka diusahakan data tersebut langsung bersumber dari
pimpinan pengrajin. Pada umumnya pimpinan pengrajin sekaligus merupakan pemilik
usaha pengrajin sepatu, dan sandal. Jumlah responden seluruhnya 15 pengrajin
dengan rincian sebagai berikut :
-
Pengrajin sepatu : 10
orang
-
Pengrajin sandal : 5 orang
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara :
a. Pengamatan
Pengumpulan
data melalui pengamatan dilakukan dengan mengunjungi responden ditempat usaha,
serta melihat langsung bagaimana responden melakukan kegiatannya mulai dari
pengadaaan bahan baku, proses menjadi barang jadi, penyimpanan, serta penjualan
barang jadi.
b. Wawancara
Pengumpulan
data melalui wawancara dilakukan dengan cara terlebih dahulu membuat perjanjian
dengan responden kapan waktunya dapat diwawancarai. Agar wawancara berlangsung
lancar dan sistematis, sebelum wawancara terlebih dahulu dususun daftar
pertanyaan yang memuat pokok-pokok pembicaraan.
c. Menyusun
Daftar Pertanyaan
Untuk
data-data yang memerlukan ingatan atau catatan seperti perkembangan penjualan,
perkembangan modal kerja selama lima tahun, disusun daftar pertanyaan khusus
untuk diisi oleh responden.
E. Teknik Analisis Data
Untuk
menganalisis data-data yang telah dikumpulkan penulis menggunakan metode analisis
kuantitatif dan beberapa metode analisis
modal kerja sebagai berikut :
a. Metode
perputaran. Metode ini membuktikan apakah pengelolaan modal kerja dengan semua
komponennya telah dilakukan secara efisien dari tahun ke tahun atau tidak.
b. Metode
trend. Metode ini digunakan untuk membuktikan besarnya pertumbuhan dari modal
kerja, jumlah penjualan, laba dan sebagainya.
c. Metode
perbandingan. Metode ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan modal kerja
menghasilkan laba dan jumlah penjualan.
BAB IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Kemampuan
Responden
Kemampuan
dari responden untuk mengembangkan usahanya dilihat dari empat faktor yaitu :
1.
Pendidikan
Gambaran pendidikan dari responden
pada waktu mula-mula terjun dibidang pengrajin sepatu, dan sandal adalah sebagai berikut :
Tabel
IV.1
Tingkat pendidikan dari responden
Tingkat
Pendidikan
|
Responden
|
SD/sederajat
|
6
|
SMP/Sederajat
|
5
|
SMA/Sederajat
|
3
|
Perguruan
Tinggi(PT)
|
1
|
Jumlah
|
15
|
Dari
Tabel IV.1 diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang berpendidikan SD adalah
40,00%, SMP adalah 33,33%, SMA adalah 20,00%, dan perguruan tinggi 6,67%.Jika
dkelompokan SD dan SMP menjadi satu kelompok dan SMA serta Perguruan Tinggi
satu kelompok dapat diketahui sebagai berikut:
SD +
SMP = 73.33 %
SMA +
PT = 26,67 %
Jumlah = 100
%
Dari data diatas dapat ditafsir bahwa dari
seluruh responden hanya 26,67% yang mudah menerima pendidikan dan bahan ajar,
sedang sisanya mengalami kesulitan
menerima pelajaran tambahan untuk meningkatkan kemampuan mereka.
2.
Pengalaman
Gambaran pengalaman dari para responden ditujukan oleh lamanya mereka
telah menjadi pengrajin sepatu, dan
sandal. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel IV.2 dibawah ini
Tabel
IV.2
Pengalaman
dibidang pengrajin sepatu, dan sandal.
Tahun
|
Responden
|
< 5 Tahun
|
1
|
5 - 9 Tahun
|
4
|
10 - 15
Tahun
|
8
|
>
15 Tahun
|
2
|
Jumlah
|
15
|
Dari
data tabel IV.2 di atas dapat dilihat bahwa Jumlah responden yang mempunyai
pengalaman antara 10 -15 tahun adalah
yang terbesar yaitu 53,33% sedang yang mempunyai pengalaman kurang dari 5 tahun
yang terendah yaitu 6,67% sedang sisanya adalah yang mempunyai pegalaman 5 - 9
tahun sebesar 26,67 %, dan diatas 15 adalah 13,33 %
Berdasarkan uraian diatas sebanyak
93,33% responden telah mempunyai pengalaman sebagai pengrajin sepatu, sandal,
dan tas diatas lima tahun, sedang sisanya sebanyak 6,67% mempunyai pengalaman
dibawah lima tahun.
3.
Mendapat
Pengetahuan Tambahan setelah menjadi pengrajin Sepatu, dan Sandal
Dari seluruh responden hanya
7 orang (46,67%) yang telah mendapat pengetahuan tambahan setelah menjadi pengrajin
sepatu, dan sandal. Yaitu mengikuti progrm pembinaan Golongan Ekonomi Lemah
yang dilaksanakan oleh pemerintah Daerah bekerja sama dengan perguruan Tinggi.
Sisanya yaitu 8 orang (53,33%) belum pernah mengikuti program pembinaan
tersebut walaupun sebahagian terbesar dari mereka menginginkan mengikuti
program tersebut.
4.
Usaha-Usaha
menambah pengetahuan melaui jalur non formal
Penambahan pengetahuan melalui jalur
non formal dilakukan dengan membaca berbagai media masa untuk memperoleh
informasi yang dapat digunakan dalam mengelola dan mengembankan usaha dari
responden.
Usaha-usaha
untuk menambah pengetahuan melalui jalur non formal tersebut adalah sebagai
berikut:
Tabel
IV.3
Usaha Menambah Pengetahuan
Uraian
|
Responden
|
Menjadi
pelanggan koran/majalah
|
5
|
Secara
teratur membaca Koran tetapi tidak
menjadi pelanggan
|
4
|
Sangat jarang membaca hanya sekali-sekali membaca
koran
|
6
|
|
|
Jumlah
|
15
|
Dari tabel IV.3 diatas dapat dilihat bawa
yang berhasrat untuk mengelola usaha secara lebih baik dengan jalan menambah
pengetahuan melalui jalur non formal adalah 9 responden (60%) yaitu membaca
secara teratur koran maupun majalah baik itu yang berlangganan maupun tidak
berlangganan. Sisanya 6 responden (40%) sangat jarang membaca Koran hanya
sewaktu-waktu saja.
B.
Perencanaan
Modal kerja
Berdasarkan data-data yang diperoleh
ternyata tidak satupun responden yang yang pernah membuat perencanaan yang
lengkap mengenai kegiatan-kegiatan yang akan dijalankan pada waktu berikutnya.
Dalam mengadakan pemesanan terhadap bahan
baku mereka hanya melihat luas ruangannya tempat mereka bekerja dan kalau
memungkinkan mereka mengisi ruangan tersebut dengan barang dagangan. Dapat
dikatakan bahwa kegiatan sudah merupakan rutinitas.
Karena
itu walaupun mereka mempunyai keuntungan, mereka tidak mengerti bagaiman
keuntungan tersebut digunakan guna pengembangan selanjutnya. Mereka tidak
pernah memikirkan menjadi apa mereka pada masa yang akan datang serta upaya
yang akan dikerjakan untuk mewujudkan tujuan tersebut.
C.
Pengendalian
Modal Kerja
Perencanaan lemah akan mengakibatkan
pengendalian lemah. Menurut data-data yang dikumpulkan para responden tidak satupun
memiliki catatan yang lengkap mengenai suatu kegiatan tertentu. Dari data-data
yang dikumpulkan hanya 2 responden yang pernah mendengar metode-metode
pengendalian persedian. Tidak ada catatan yang lengkap mengenai pembelian/ pengadaan,
persedian kas masuk dan kas keluar dan sebagainya semuanya dengan bermodalkan
pengalaman dan semangat.
Dengan pengalaman mereka dapat mewujudkan
hasil dalam bentuk laba, jumlah penjualan yang tinggi dan sebaginya. Apabila
mereka mempunyai pengetahuan yang cukup maka hasil yang mereka capai akan jauh
lebih besar dari sekarang.
a.
Perkembangan
Modal Kerja
Perkembangan modal kerja selama
lima tahun mulai dari tahun 2006 sampai dengan 2010 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel
IV.4
Perkembangan
modal kerja
Tahun
|
Jumlah
Modal Kerja
|
Persentasi
|
|
Naik
|
Turun
|
||
2006
|
Rp 547.200.000,-
|
-
|
-
|
2007
|
Rp 550.080.000,-
|
0,53
%
|
-
|
2008
|
Rp 564.489.000,-
|
2.62
%
|
-
|
2009
|
Rp 607.680.000,-
|
7,65
%
|
-
|
2010
|
Rp 622.080.000,-
|
2,37
%
|
-
|
Dari
tabel data tersebut diatas dapat dilihat bahwa selama lima tahun jumlah modal
kerja dari pengrajin sepatu dan sandal secara teratur terus bertambah. Tahun
2006 tercatat sebesar Rp 547.200.000,- dan tahun 2010 menjadi Rp 622.080.000,-
terjadi kenaikan rata-rata sebesar Rp 18.720.000,-
atau rata-rata naik 1,53 % pertahun. Kenaikan modal kerja pada umumnya
disebabkan beberapa komponen harga bahan baku mengalami sedikit kenaikan setiap
tahunnya.
Dengan
menggunakan rumus Pn= Po (1+ R)n selanjutnya dapat diketahui rata-rata
pertumbuhan modal kerja setiap tahunnya sebagai berikut :
Pn
-------- = (1+ R)n
Po
n -------------------
1+ R = √ (Pn / Po)
n ------------------
R = √ (Pn / Po) - 1
Dimana:
Po = Rp 547.200.000,-
Pn =
Rp 622.080.000,-
n =
4 ( Perkembangan)
R = Tingkat pertumbuhan rata-rata
Dengan
demikian diperoleh :
n -------------------
R = √ (Pn / Po) – 1
4 -----------------------------------------------------------
R = √ ( 622.080.000 / 547.200.000 ) – 1
4
----------------
R = √ 1,1368
– 1
R = 1,0325 – 1
R = 0,0325
R = 3,25 %
Berdasarkan
perhitungan tersebut diketahui bahwa rata-rata pertumbuhan modal kerja dari
responden atau pengrajin adalah 3,25 % per tahun.
b.
Perkembangan
penjualan
Jumlah penjualan rata-rata dari para
responden selama 5 tahun berturut terus juga bertambah.Hal tersebut dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel
IV.5
Perkembangan
Pejualan
Tahun
|
Nilai
Penjualan
|
Persentasi
|
|
Naik
|
Turun
|
||
2006
|
Rp 2.880.000.000,-
|
-
|
-
|
2007
|
Rp 2.995.200.000,-
|
4,00%
|
-
|
2008
|
Rp 3.110.400.000,-
|
3,85
%
|
-
|
2009
|
Rp 3.168.000.000,-
|
1,85
%
|
-
|
2010
|
Rp 3.398.000.000,-
|
7,26
%
|
-
|
Dari
tabel data tersebut diatas dapat dilihat nilai penjualan selama lima tahun
terus mengalami kenaikan. Tahun 2006 tercatat sebesar Rp 2.880.000.000,- dan tahun 2010 menjadi Rp 3.398.000.000,- terjadi kenaikan rata-rata sebesar Rp 129.500.000,- atau rata-rata
naik 4,24 % pertahun.
Rata-rata
pertumbuhan nilai penjualan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 :
n -------------------
R = √ (Pn / Po) – 1
4
-----------------------------------------------------------------
R = √ (3.398.000.000 / 2.880.000.000 ) – 1
4 -----------------
R = √ 1,1799
– 1
R = 1,0422 – 1
R = 0,0422
R = 4,22 %
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dlihat
bahwa rata-rata pertumbuhan nilai penjualan adalah 4,22 % per tahun.
c.
Perkembangan
Total Aktiva
Total aktiva merupakan penjumlahan
dari aktiva lancar dengan aktiva tetap. Aktiva tetap adalah harta perusahaan yang
dapat digunakan selama lebih dari satu tahun. Berikut perkembangan total aktiva
selama lima tahun :
Tabel
IV.6
Perkembangan
Total Aktiva
Tahun
|
Modal
Kerja
|
Aktiva
Tetap
|
Total
Aktiva
|
2006
|
Rp 547.200.000,-
|
Rp 280.000.000,-
|
Rp 827.200.000,-
|
2007
|
Rp
550.080.000,-
|
Rp 288.500.000,-
|
Rp
838.580.000,-
|
2008
|
Rp 564.480.000,-
|
Rp 314.000.000,-
|
Rp
878.480.000,-
|
2009
|
Rp 607.680.000,-
|
Rp 325.400.000,-
|
Rp
933.080.000,-
|
2010
|
Rp 622.080.000,-
|
Rp 355.000.000,-
|
Rp
977.080.000,-
|
Dari tabel IV.6 diatas dapat dilihat bahwa perkembangan aktiva selama
lima tahun mengalami peningkatan. Tahun 2006
total aktiva sebesar Rp 827.200.000,- dan tahun 2010 menjadi Rp 977.080.000,- Kenaikan ini
disebabkan seiring adanya kenaikan modal kerja
Pertumbuhan
rata-rata dari total aktiva selama lima tahun adalah sebagai berikut:
n --------------------
R = √ (Pn / Po) – 1
4
----------------------------------------------------------
R = √ (977.080.000 / 827.200.000 ) – 1
4 ------------------
R = √ 1,1811
– 1
R = 1,0425 – 1
R = 0,0425
R = 4,25 %
Dari perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa
tingkat pertumbuhan rata-rata dari total aktiva pengrajin adalah 4,25%
pertahun.
Struktur
total aktiva dari pengrajin dapat dikemukakan sebagai berikut:
Tabel
IV.7
Struktur
Aktiva
Tahun
|
Modal
Kerja
|
Aktiva
Tetap
|
Total
Aktiva
|
2006
|
66,15
%
|
33,85
%
|
100%
|
2007
|
65,60
%
|
34,40
%
|
100%
|
2008
|
64,26
%
|
35,74
%
|
100%
|
2009
|
65,13
%
|
34,87
%
|
100%
|
2010
|
63,67
%
|
36,33
%
|
100%
|
Dari tabel diatas terlihat bahwa peranan modal kerja pada
umumnya tetap lebih besar dari Aktiva
tetap. Ini disebabkan pengrajin belum banyak menggunakan alat modern atau masih
padat karya.
d.
Perkembangan
Laba
Data perkembangan laba yang
diperoleh dari lapangan adalah data laba sebelum dipotong pajak pendapatan atau
laba sebelum dikenakan pajak. Oleh karena itu untuk menetapkan besarnya laba
setelah pajak atau sering dinamakan laba bersih, dibuat asumsi bahwa pajak
pendapatan adalah 15%. Berikut perkembangan laba bersih selama lima tahun
berturut-turut :
Tabel
IV.8
Perkembangan
laba bersih
Tahun
|
Laba
Bersih Rata-rata
|
Persentasi
|
|
Naik
|
Turun
|
||
2006
|
Rp 691.200.000
|
-
|
-
|
2007
|
Rp 794.880.000
|
15,00
%
|
-
|
2008
|
Rp 852.480.000
|
7,25
%
|
-
|
2009
|
Rp 737.280.000
|
-
|
12,51
%
|
2010
|
Rp
910.280.000
|
23,46
%
|
-
|
Dari
tabel IV.8 diatas dapat dilihat bahwa perkembangan laba bersih dari pengrajin selama lima tahun berturut-turut tidak teratur. Tahun 2007
laba bersih mengalami kenaikan sebesar Rp 103.680.000,- atau naik 15 %. Tahun 2008 laba bersih naik Rp 57.600.000,-
hanya naik 7,25 %. Tahun 2009 terjadi penurunan labah bersih sebesar Rp 11.5200.000,-
atau turun 12,51 %. Hal ini disebabkan beberapa
komponen harga bahan baku pada tahun 2009 mengalami kenaikan yang cukup menggangu pendapatan laba bersih. Namum tahun
2010 labah bersih kembali naik sebesar
Rp 173.000.000,- atau naik 23,46 %. Kenaikan ini disebabkan naiknya
harga jual dan meningkatnya daya beli masyarakat.
Tingkat
perkembanagan laba bersih rata-rata selama lima tahun adalah sebagai berikut:
n --------------------
R = √ (Pn / Po) – 1
4
--------------------------------------------------------
R = √ (910.280.000 / 691.200.000
– 1
4 ----------------------
R = √ 1,316956
– 1
R = 1,0713 – 1
R = 0,0713
R = 7,13 %
Dari
perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa tingkat perkembangan laba bersih per
tahun adalah 7,13 %.
Setelah
diketahui besarnya total Aktiva dan laba bersih dari para responden maka telah
dapat pula ditentukan besarnya Returnn on Inventement (ROI) selama lima tahun sebagai berikut:
Tabel
IV.9
Perkembangan
Return on Invesment
Tahun
|
Total
Aktiva
( A )
|
Laba
Bersih
Rata-rata
( B )
|
Return
on Invesment
(B/A x
100%)
|
2006
|
Rp 827.200.000,-
|
Rp 691.200.000,-
|
83,56
%
|
2007
|
Rp 838.580.000,-
|
Rp 794.880.000,-
|
94,79
%
|
2008
|
Rp 878.480.000,-
|
Rp 852.480.000,-
|
97,04
%
|
2009
|
Rp 933.080.000,-
|
Rp 737.280.000,-
|
79,02
%
|
2010
|
Rp 977.080.000,-
|
Rp 910.080.000,-
|
93,14
%
|
Dari
tabel IV.9 diatas dapat dilihat return on investment yang tertinggi dalah pada
tahun 2010 (93,14%) sedang yang terendah adalah pada tahun 2009 yaitu 79,02 %. Perkembanagan
marjin laba dari responden selam lima tahun bertut-turut adalah sebagai berikut
:
Tabel
IV.10
Perkembangan
Marjin Laba.
Tahun
|
Hasil
Penjualan
( A )
|
Laba
Bersih
Rata-rata
( B )
|
Marjin
laba
(B/A x
100%)
|
2006
|
Rp 2.880.000.000,-
|
Rp 691.200.000,-
|
24,00
%
|
2007
|
Rp 2.995.200.000,-
|
Rp 794.880.000,-
|
26,54
%
|
2008
|
Rp 3.110.400.000,-
|
Rp 852.480.000,-
|
27,41
%
|
2009
|
Rp 3.168.000.000,-
|
Rp 737.280.000,-
|
23,27
%
|
2010
|
Rp 3.398.000.000,-
|
Rp 910.080.000,-
|
26,78
%
|
Dari Tabel IV.10 ditas dapat dilihat bahwa pola perkembangan
marjin laba relatif hampir sama setiap tahunnya. Marjin laba yang terendah
terjadi pada tahun 2009 (23,27%) dan yang tertinggi terdapat pada tahun 2010 (26,78%).
Marjin laba yang diperoleh
dapat dikatan relatif sedang dan masih dapat ditingkatkan apabila pengrajin
bekerja lebih efisien.
e.
Kemampuan
modal kerja menghasilkan penjualan dan menghasilkan laba
Kemampuan
modal kerja diukur dari dua hal yaitu kemampuanya untuk menghasilkan jumlah
penjualan serta kemampuanya untuk menghasilkan laba.
Kemampuan modal kerja untuk menghasilkan
penjualan di ukur dari besarnya jumlah penjualan yang dapat dicapai oleh setiap
satu rupiah modal kerja. Hal ini dapat dilihat pada tabel IV.11
Tabel
IV.11
Kemampuan
Modal Kerja Menghasilkan Jumlah Penjualan
Tahun
|
Modal
Kerja
(A)
|
Jumlah
Penjualan
(B)
|
Kemampuan
Setiap Rupiah Modal Kerja Menghasilkan Penjualan
(B/A)
|
2006
|
Rp 547.200.000,-
|
Rp 2.880.000.000,-
|
Rp 5,26
|
2007
|
Rp 550.080.000,-
|
Rp 2.995.200.000,-
|
Rp 5,45
|
2008
|
Rp 564.480.000,-
|
Rp 3.110.400.000,-
|
Rp 5,51
|
2009
|
Rp 607.680.000,-
|
Rp 3.168.000.000,-
|
Rp 5,21
|
2010
|
Rp 622.080.000,-
|
Rp 3.398.000.000,-
|
Rp 5,46
|
Dari
tabel IV.11 diatas dapat dlihat bahwa kemampuan modal kerja untuk menghasilkan
jumlah penjualan. Kemampuan setiap rupiah modal kerja untuk menghasilkan
penjualan tertinggi adalah pada tahun 2008
yaitu Rp 5,51 sedang yang terendah adalah pada tahun 2009 yaitu Rp 5,21.
Selanjutnya
untuk mengetahui kemampuan setiap rupiah modal kerja menghasilkan laba dapat dilihat pada dibawah ini.
Tabel
IV.12
Kemampuan
Setiap Rupiah Modal Kerja Menghasilkan Laba
Tahun
|
Modal
Kerja
(A)
|
Jumlah
Laba
(B)
|
Kemampuan
Setiap Rupiah Modal Kerja Menghasilkan Laba
(B/A)
|
2006
|
Rp 547.200.000,-
|
Rp 691.200.000,-
|
Rp 1,26
|
2007
|
Rp 550.080.000,-
|
Rp 794.880.000,-
|
Rp 1,45
|
2008
|
Rp 564.480.000,-
|
Rp 852.480.000,-
|
Rp 1,51
|
2009
|
Rp 607.680.000,-
|
Rp 737.280.000,-
|
Rp 1,21
|
2010
|
Rp 622.080.000,-
|
Rp 910.080.000,-
|
Rp 1,46
|
Dari
tabel IV.12 dapat dilihat bahwa pola kemampuan setiap rupiah modal kerja untuk
menghasilkan laba relatif hampir sama setiap tahunnya. Kemampuan setiap rupiah
modal kerja untuk menghasilkan laba tertinggi adalah pada tahun 2008 yaitu Rp 1,51 sedang yang terendah adalah
pada tahun 2009 yaitu Rp 1,21.
Berdasarkan
data tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa para responden atau para pengarajin
sepatu, dan sandal selama lima tahun bekerja secara efisien.
f.
Struktur
Modal Kerja
Struktur modal kerja dari responden
selama lima tahun berturut-turut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel IV.13
Struktur Modal Kerja
Tahun
|
Modal
Kerja
|
Kas
|
Piutang
|
Persediaan
Bahan
baku
|
2006
|
Rp 547.200.000
|
Rp
244.980.000
|
Rp
31.500.000
|
Rp
270.720.000
|
2007
|
Rp 550.080.000
|
Rp
243.720.000
|
Rp
32.760.000
|
Rp
273.600.000
|
2008
|
Rp 564.480.000
|
Rp
242.460.000
|
Rp
34.004.000
|
Rp
288.000.000
|
2009
|
Rp 607.680.000
|
Rp
241.830.000
|
Rp
34.650.000
|
Rp
331.280.000
|
2010
|
Rp 622.080.000
|
Rp
239.310.000
|
Rp
37.170.000
|
Rp
345.600.000
|
Berdasarkan
tabel diatas dapat dilihat bahwa kecuali
jumlah kas (yang tidak mempunyai pola perkembangan tertentu), piutang dan
persediaan menunjukkan adanya kenaikan dari tahun ke tahun.
Berikut
ini perhitungan pertumbuhan rata-rata dari piutang:
n --------------------
R = √ (Pn / Po) – 1
4
-----------------------------------------------------
R = √ (37.170.000 / 31.500.000 ) – 1
4
------------
R = √ 1.18
– 1
R = 1,0422 – 1
R = 0,0422
R = 4,22 %
Melihat
pertumbuhan di atas menujukkan bahwa piutang dibidang pengrajin sepatu, dan
sandal, secara relatif terus meningkat.
Pertumbuhan rata-rata dari nilai
persediaan bahan adalah sebagai berikut:
n --------------------
R = √ (Pn / Po) – 1
4 ---------------------------------------------------------
R = √ (345.600.000 / 270.720.000) – 1
4 -----------------
R = √ 1,2766
– 1
R = 1,0630 – 1
R = 0,630
R = 6,30 %
Perhitungan diatas
menunjukan sebagaimana piutang jumlah persediaan dari responden pengrajin
sepatu dan sandal juga meningkat
yaitu 6,30% per tahun.
Peranan dari masing-Masing
komponen modal kerja terhadap modal kerja seluruhnya dapat dilihat pada tabel IV.14.
Tabel IV.14
Peranan komponen-komponen
modal kerja
Tahun
|
Modal
Kerja
|
Kas
|
Piutang
|
Persediaan
Bahan
baku
|
2006
|
100%
|
44,77%
|
5,76%
|
49,47%
|
2007
|
100%
|
44,30%
|
5,96%
|
49,74%
|
2008
|
100%
|
42,96%
|
6,02%
|
51,02%
|
2009
|
100%
|
39,80%
|
5,70%
|
54,50%
|
2010
|
100%
|
38,47%
|
5,98%
|
55,55%
|
Tabel IV.14 diatas
menunjukkan bahwa peranan dari kas dan persediaan merupakan komponen yang
terbesar dalam modal kerja. Untuk kas antara 38% sampai dengan 48 % .
Persediaan bahan baku terus menerus bertambah yaitu mulai dari 49,47% pada tahun 2006 sampai dengan 55,55% pada
tahun 2010.
g.
Perputaran
modal kerja
Perputaran
modal kerja dari responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel
V15
Perputaran
Modal Kerja
Tahun
|
Penjualan
(A)
|
Modal
Kerja
(B)
|
Perputaran
Modal
Kerja
(A/B=C)
|
Perputaran
Modal
Kerja
360/C
|
2006
|
Rp 2.880.000.000,-
|
Rp 547.200.000,-
|
5,26
|
68 hari
|
2007
|
Rp 2.995.200.000,-
|
Rp 550.080.000,-
|
5,45
|
66 hari
|
2008
|
Rp 3.110.400.000,-
|
Rp 564.480.000,-
|
5,51
|
65 hari
|
2009
|
Rp 3.168.000.000,-
|
Rp 607.680.000,-
|
5,21
|
69 hari
|
2010
|
Rp 3.398.000.000,-
|
Rp 622.080.000,-
|
6,43
|
57 hari
|
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
perputaran modal kerja relatif mengalami kenaikan. Walaupun perputaran
modal kerja terus naik akan tetapi umur
dari modal kerja dapat dikatakan menurun tahun 2006 tercatar 68 hari, tahun
2010 menjadi 57 hari. Hal ini menunjukkan pengrajin telah bekerja secara
efisein.
Pembelanjaan
modal kerja
Pembelanjaan modal kerja
dapat dilakukan dengan pembelanjaan jangka pendek dengan pembelanjaan jangka
panjang ( pembelanjaan tetap) atau kombinasi keduanya. Pembelanjaan jangka pendek
dilakukan dengan utang lancar dalam hal ini adalah utang bahan baku karena berdasarkan data-data
yang dikumpulkan para pengrajin sepatu dan sandal tidak memiliki komponen utang jangka panjang. Besarnya pembelanjaan
tetap tersebut adalah menggambarkan besarnya modal kerja Netto.
Karena
tidak diperoleh data mengenai utang jangka panjang maka modal kerja Netto
tersebut dianggap membelanjai dengan modal sendiri seluruhnya dari laba.
Pembelanjaan
modal kerja selama lima tahun berturut-turut adalah sebagai berikut:
Tabel IV.16
Pembelanjaan
Modal Kerja
Tahun
|
Modal
Kerja
|
Utang
Lancar
|
Modal
Sendiri
|
2006
|
Rp 547.200.000,-
|
Rp
54.144.000,-
|
Rp
493.056.000
|
2007
|
Rp 550.080.000,-
|
Rp
54.720.000,-
|
Rp
495.360.000
|
2008
|
Rp 564.480.000,-
|
Rp
57.600.000,-
|
Rp
506.880.000
|
2009
|
Rp 607.680.000,-
|
Rp
66.240.000,-
|
Rp
541.440.000
|
2010
|
Rp 622.080.000,-
|
Rp
69.120.000,-
|
Rp
552.960.000
|
Dari tabel diatas dapat
dilihat bahwa jumlah utang lancar dari
tahu ke tahun terus bertambah untuk membelanjai modal kerja. Begiitu juga
jumlah modal sendiri terus bertambah. Tahun 2006 tercatat modal sendiri sebesar
Rp 493.056.000,- kemudian pada tahun 2010 modal sendiri sudah mencapai Rp
552.960.000,- Modal sendiri terbesar
terjadi pada tahun 2010. Hal ini disebabkan adanya kenaikan harga bahan baku
yang cukup meresahkan pengrajin.
Tingkat
pertumbuhan rata-rata dari utang lancar
adalah sebagai berikut :
n --------------------
R = √ (Pn / Po) – 1
4 ------------------------------------------------------
R = √ (69.120.000 / 54.144.000 ) – 1
4 ------------------
R = √ 1,2766
– 1
R = 1,0630 – 1
R = 0,0630
R = 6,3 %
Tingkat pertumbuhan rata-rata dari modal
sendiri guna membelanjai modal kerja dapat dilihat pada perhitunga dibawah ini
:
n --------------------
R = √ (Pn / Po) – 1
4
---------------------------------------------------------
R = √ (552.960.000 / 493.056.000) – 1
4 ---------------
R = √ 1,1214
– 1
R = 1,0291 – 1
R = 0,0291
R = 2,91 %
Berdasarkan perhitungan diatas dapat dilihat
bahwa tingkat pertumbuhan utang lancar yang digunakan untuk membelanjai modal
kerja lebih besar dari pertumbuhan rata-rata dari modal sendiri.
Perkembangan peranan dari kedua sumber
pembelanjaan modal kerja yaitu utang lancar dan modal sendiri dapat dilihat
pada tabel IV.17.
Tabel
IV.17
Peranan
sumber pembelanjaan modal kerja
Tahun
|
Modal
Kerja
|
Utang
Lancar
|
Modal
Sendiri
|
2006
|
100%
|
9,89
%
|
90,11
%
|
2007
|
100%
|
9,95
%
|
90,05
%
|
2008
|
100%
|
10,20
%
|
89,80
%
|
2009
|
100%
|
10,90
%
|
89,10
%
|
2010
|
100%
|
11,11
%
|
88,89
%
|
Tabel di atas menunjukan bahwa selama lima tahun
jumlah utang lancar yang digunakan untuk membelanjai modal kerja berkisar 9%
sampai dengan 11% dan modal sendiri 88%
samapai dengan 90%.
Dengan
demikian jelas bahwa dalam membelanjai modal kerja pengrajin menekankan kepada
kemampulabaan modal sendiri walaupun resiko cukup tinggi ditinjau dari likuiditas
usahanya..
Telah
dikemukakan bahwa sumber pembelanjaan modal sendiri adalah laba. Akan tetapi
dari tabel diatas kelihatan bahwa tidak semua laba tersebut digunakan untuk
membelanjai modal sendiri.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan
pada Bab V maka pada Bab VI ini akan dikemukakan kesimpulan serta saran-saran
yang dianggap dapat digunakan untuk mengembangkan perusahaan para pengrajin
sepatu, dan sandal.
A. Kesimpulan
1.
Dalam mengelola modal kerja termasuk merencanakan,melaksanakan maupun
mengendaliakan, responden (pengrajin seppatu dan sandal) semata mata berdasarkan
pada pengalaman dan semangat saja. Hal ini dapat dilihat dari hal-hal sebagai
berikut :
a1.
pendidikan responden :
-
SD + SMP ………………….. =
73,33 %
-
SMA + PT …………………. =
26,67 %
Jumlah =
100 %
a2. pengalaman :
-
5 tahun ke atas .................... = 93,33 %
-
5 tahun ke bawah
............. = 6,67 %
Jumlah = 100 %
a3. mendapat
tambah pengetahuan :
-
telah mendapat tambah
pengetahuan = 46,67
%
-
belum mendapat tambah
pengetahuan = 53,33 %
Jumlah = 100
%
2. modal
kerja telah didayagunakan secara relatif baik,hal tersebut dapat dilihat
sebagai brikut :
b1. Tingkat pertumbuhan modal
kerja =
3,25 %
b2.
Tingkat pertumbuhan penjualan
= 4,22 %
3. total aktiva perusahaan telah dudayagunakan
secara relatif baik.Hal ini dapat dilihat sebagai berikut :
c1. tingkat pertumbuhan Aktiva = 4,25 %
c2. tingkat pertumbuhan laba =
7,13 %.
c3.
return on investment yang tertinggi dalah pada tahun 2010 (93,14%) sedang yang
terendah adalah pada tahun 2009 yaitu 79,02 %.
4. Persaingan dari pada
pengrajin sepatu, dan sandal, bertambah ketat. Hal ini dapat dilihat dari
Hal-hal sebagai berikut :
d1. Pertumbuhan
pihutang = 4,22 %
d2. Pertumbuhan
persediaan = 6,30 %
Indikator di atas menunjukan bahwa para pengrajin sepatu, dan
sandal dalam kebijaksanaan pihutang dinilai cukup baik karena mereka telah menyadari
jika piutang terlalu besar akan dapat mengganggu operasional usaha.
5. Perputaran
modal kerja relatif mengalami kenaikan. Walaupun modal kerja terus naik akan tetapi umur dari modal
kerja dapat dikatakan menurun tahun 2006 tercatar 68 hari, tahun 2010 menjadi
57 hari. Hal ini menunjukkan adanya efiseinsi dalam penggunaan modal kerja.
6. Selama lima tahun jumlah utang lancar yang
digunakan untuk membelanjai modal kerja berkisar 9% sampai dengan 11% dan modal
sendiri 88% sampai dengan 90%.
Dengan demikian jelas bahwa
dalam membelanjai modal kerja perusahaan menekankan kepada kemampulabaan modal
sendiri walaupun resiko cukup tinggi ditinjau dari likuiditas perusahaan.
7. Dari seluruh pengrajin sepatu, dan sandal hanya 2,5 % yang pernah mendengar metode-
metode pengendalian seperti : tingkat pemesanan ekonomis, pemesanan
kembali,pendekatan ABC, dan sebagainya.
Walaupun sudah mendengar mereka tersebut belum pernah menerapkanya dalam Operasi mereka.
Demikianlah beberapa
kesimpulan yang dapat di tarik dari pembahasan yang telah dikemukakan pada bab
V
B.
Saran-saran
Dari beberapa kesimpulan sebagaimana telah dikemukakan diatas
dapat diketahui bahwa para pengrajin sepatu, dan sandal dapat dikatakan
berhasil dalam mengelola modal kerja mereka. Ada dua andalan yang mereka
gunakan dalam mengelola modal kerja mereka yaitu semangat dan pengalaman
sebagai pengrajin sepatu dan sandal.
Apabila
pengetahuan mereka ditambah maka dengan tiga unsur semangat. Pengalaman dan
pengetahuan mereka akan dapat mengelola modal kerja mereka dengan lebih baik.
Dan pada giliranya hal tersebut akan dapat mengembangkan usaha mereka. Karena
mereka telah mempunyai dua unsur utama yaitu semangat dan pengalaman maka saran
penulis ditekankan pada penambahan pengetahuan. Penambahan pengetahuan dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu sebagai berikut :
1. Up grading,ceramah dan diskusi
Up grading,
ceramah, diskusi dapat dilakukan baik oleh perguruan tinggi, maupun Kementerian
Perdagangan atau keduanya. Perlu di ingat dalam melaksanakan up grading,
ceramah, diskusi para peserta pengrajin sepatu dan sandal harus diseleksi
secara baik. Dasar seleksi adalah pendidikan,dibidang kegiatan dan sebagainya.
Dengan demikian materi yang akan
diberikan dapat dipersiapkan dan ditentukan secara lebih tepat. Dengan
demikian Up grading, ceramah, diskusi
akan lebih efektif.
2. Jasa kosultasi.
Cara ini
sebenarnya tidak jauh berbeda dengan cara pertama. Lembaga pelaksana atau
perguruan tinggi atau keduanya secara bersama-sama.
Dalam cara ini
ditentukan beberapa pengrajin sepatu, dan sandal, yang dianggap nantinya mampu menjadi “Pola
anutan” di lokasi dimana dia berusaha. Secara teratur mereka ini dibina dan
dikembangkan selama beberapa waktu. Setelah mereka dianggap mengerti maka
mereka baru dilepaskan dalam pengertian pembinaan terhadap mereka dihentikan.
Memang untuk cara ini diperlukan dana yang relatif besar akan tetapi hasilnya
akan jauh lebih baik.
Demikianlah saran-saran yang dapat digunakan untuk membantu
pengrajin sepatu, dan sandal dalam mengelola modal kerja mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Halim dan Sarwoko, 1999, Manajemen Keuangan, Buku I : Manajemen
dan Analisis Aktiva, Edisi Kedua, Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.
Bambang Riyanto, 1993, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan,
Edisi Tiga, Yogyakarta : Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada,
Faisal Abdullah, 2005, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Malang : UMM Press
James C. Van Horne dan John M.
Wachowicz, Jr., 1997, Prinsip-Prinsip
Manajemen Keuangan, (Terjemahan) Heri Sutojo, Buku Satu, Edisi Kesembilan,
Jakarta : Salemba Empat.
Lukas Setia Atmaja, 1999, Manajemen Keuangan, Edisi Kedua,
Yogyakarta : Andi Yogyakarta.
Purba, Parentahen, 2002, Analisa dan Perencanaan Keuangan, Edisi, Medan : Fakultas Ekonomi
USU.
Ridwan Sundjaja S. & Barlian Inge, 2002, Majemen Keuangan Satu, Jakarta :
PT.Prenhallindo.
Sutrisno, 2002, Manajemen
Keuangan : Teori, Konsep, dan Aplikasi, Yogyakarta : Eknosia.
Sugiono, 2005, Metode Penenlitian Bisnis, edisi kedelapan, Bandung : Alfabeta.
Williams Chuck, 2001, Manajemen, Buku I, (Terjemahan) M.
Sabaruddin Napitupulu, Jakarta : Salemba Empat.
Lampiran :
JUDUL PENELITIAN
PERENCANAAN
DAN PENGENDALIAN MODAL KERJA PENGRAJIN
SEPATU,
SANDAL, DAN TAS DI KECAMATAN MEDAN AREA
KOTA MEDAN
DAFTAR
PERTANYAAN
Nama :
........................................................
Alamat :
........................................................
Jenis usaha :
........................................................
Peneliti :
Wahyul Wahab, S.E.,M.M.
Jabatan :
Dosen Fak. Ekonomi Universitas Dian Nusantara
I. Responden
h.
Tahun berapakah Bapak mulai
terjun dibidang pengrajin (sepatu / sandal / tas *) ? Tahun .................. pada saat ini
usia Bapak berumur …………Tahun miliki pada saat pertama kali mulai terjun
dibidang pengrajin sepatu, sandal, tas ?
a. SD sederajat c.
SLTA sederajat
b. SLTP sederajat d.Perguruan
Tinggi
i.
Selama berusaha dibidang
pengrajin sepatu, sandal, dan tas, apakah Bapak mendapat pendidikan /
pengetahuan tambahan ?.
a. Melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
b. Mengikuti
penataran /up grading
c. Membaca
buku/majalah secara teratur
d. Dan
lain-lain ............................................................
j.
Apakah Bapak membaca surat
kabar secara teratur ?.
a. Secara
teratur/berlanggangan surat kabar
b. Membaca
sekali-sekali
c. Jarang
sekali membaca
d. Tidak
sama sekali
II. Perencanaan Modal Kerja
1.
Apakah Bapak merencanakan
untuk memperbesar perusahaan Bapak pada
masa yang akan datang ?. Ya / tidak
2.
Apakah Bapak merencanakan
jumlah penjualan yang harus dicapai setiap minggu ? Ya / tidak
3.
Jika ya, bagaimanakah Bapak
membuat perencanaan penjualan tersebut ?
a. Berdasarkan
analisis pasar
b. Berdasarkan
jumlah penjualan waktu lalu
c. Berdasarkan
dugaan / perasaan
d. Dan
lain-lain ..................................................................................
4.
Apakah Bapak merencanakan jumlah pembelian / pengadaan
bahan baku perminggu / perbulan / pertiga bulan * ? Ya / tidak
5.
Jika ya, bagaimana Bapak
menetapkan jumlah pengadaan/pembelian tersebut !
a. Berdasarkan
rencanan penjualan
b. Berdasarkan
analisis pasar
c. Berdasarkan
luasnya ruangan yang dimiliki
d. Berdasarkan
dugaaan / perasaan
e. Dan
lain-lain ................................................
6.
apakah bapak membuat
prencanaan jumlah kas untuk operasional setiap harinya ? Ya / tidak
7.
Jika ya, bagaimanakah Bapak
membuat perencanaan kas tersebut :
a. Berdasarkan
jumlah utang yang harus dibayar
b. Berdasarkan
kebutuhan rumah tangga
c. Berdasarkan
rencana pembelian bahan baku
d. Dan
lain-lain .............................................................
8.
Apakah Bapak merencanakan
jumlah piutang maksimal / tertinggi perminggu ? Ya / tidak
9.
Jika ya, bagaimanakah bapak
merencanakan jumlah piutang maksimal tersebut?
a. berdasarkan jumlah penjualan kredit
b. berdasarkan
lamanya umur piutang
c. berdasarkan sistem pengumpulan piutang yang
baik
d. Dan
lain-lain
.......................................................
10. Apakah
Bapak membuat perencanaan jumlah persediaan bahan baku setiap minggu? Ya / tidak
11. Jika
ya, bagaimanakah Bapak membuat perencanaan tersebut ?
a. Berdasarkan jumlah penjualan
b. Berdasarkan
luas ruangan
c. Berdasarkan sistem pengadaan
d. Berdasarkan
perasaan / dugaaan
12. Apakah
Bapak membuat perencanaan tentang utang dagang maskimal setiap minggu? Ya / tidak
13. Jika
ya, bagaimanakah Bapak membuat perencanaan utang dagang tersebut ?
a. Berdasarkan jumlah pembelian
b. Berdasarkan
jumlah penjualan
c. Berdasarkan jumlah pengumpulan piutang
d. Dan
lain sebagainya (sebutkan)
.............................................
14. Apakah
Bapak membuat anggaran setiap minggunya ?
Ya / tidak
15. Jika
ya, Bagaimanakah Bapak membuat anggaran tersebut ?
a. Berdasarkan rencana pembelian/pengadaan dan
penjualan
b. Berdasarkan
rencana pengumpulan piutang/rencana pembayaran utang
c. Dan lain sebagainya (sebutkan) .............................................
16. Apakah
bapak membuat prencanaan aliran kas
masuk dan aliran kas keluar setiap minggu ?
Ya / tidak
17. Jika
ya, bagaimanakah caranya Bapak membuat rencana tersebut :
a. Memperkirakan jumlah kas masuk setiap minggu
dari hasil penjualan tunai dan dari pengumpulan piutang
b. Memerkirakan
jumlah pengeluaran kas setiap minggu terutama untuk pembayaran piutang
18. Jika
Bapak mempunyai / memperoleh Laba apakah Bapak membuat perencaan tentang penggunaan laba tersebut ? Ya / tidak
19. Jika
ya, bagaimanakah Bapak merencanakan llaba tersebut :
a.
Ditanamkan kembalai pada perusahaan : .............. %
b.
Kebutuhan rumah tangga :
...............%
c. dan lain-lain (sebutkan) ......................................................
III. Pelaksanaan
1.
Barang jadi apa saja yang
Bapak perdagangkan setiap hari ?
a.Septu c. Tas e.
...........................................
b.Sandal d.
......................... f.
.............................................
2.
Berapakah rata-rata modal
kerja yang bapak gunakan setiap minggu ?
Rp ............................
sd. Rp ..................................
3.
Berapakah jumlah modal kerja
(aktiva lancar) yang Bapak miliki sekarang : :
a.
Kas ............................................ : Rp
.....................................
b.
Piutang ......................................... : Rp .....................................
c.
Persediaan (berdasarkan harga pembelian) :
Rp ....................................
Jumlah
………….. : Rp ………………………
4.
Berapakah jumlah utang bahan
Bapak perminggu ? dari Rp ……………….. s.d. Rp …………………..
5.
Berapakah jumlah bahan baku
yang Bapak perlukan termasuk persediaan tetap (safety stock) perminggu ? (dalam
satuan)
a. bahan
………………… f.
bahan …………………
b. bahan
………………… g.
bahan …………………
c. bahan
………………… h.
bahan …………………
d. bahan
………………… i.
bahan …………………
e. bahan
………………… j.
bahan …………………
6.
Bagaimanakah Bapak memenuhi
kebutuhan bahan baku ?
Pembelian
kas = ……………..%
Pembelian
kredit = …………….%
7. Berapa lamakah Bapak harus membayar utang
bahan baku tersebut ?
…………..
hari
………….. minggu
………….
bulan
8. Berapakah harga pembelian persatuan dari
masing-masing bahan (minggu terakhir)
a. bahan
…………………………… Rp ………………./……… (dalam satuan)
b. bahan
…………………………… Rp ………………./……… (dalam satuan)
c. bahan
…………………………… Rp ………………./……… (dalam satuan)
d. bahan
…………………………… Rp ………………./……… (dalam satuan)
e. bahan
…………………………… Rp ………………./……… (dalam satuan)
f. bahan
…………………………… Rp ………………./……… (dalam satuan
9. Berapakah harga penjualan dari
masing-masing barang jadi/produk ?
(minggu terakhir)
a. Produk………………………… Rp ………………./……… (dalam satuan
b. Produk………………………… Rp ………………./……… (dalam satuan)
c. Produk………………………… Rp ………………./……… (dalam satuan)
d. Produk………………………… Rp ………………./……… (dalam satuan)
e. Produk………………………… Rp ………………./……… (dalam satuan)
f. Produk………………………… Rp ………………./……… (dalam satuan)
10. Berapakah jumlah penjualan yang Bapak dapat
direalisasikan setiap minggu ?
a. Produk………………………… Rp ………………./……… (dalam satuan)
b. Produk………………………… Rp ………………./……… (dalam satuan)
c. Produk………………………… Rp ………………./……… (dalam satuan)
d. Produk………………………… Rp ………………./……… (dalam satuan)
e. Produk………………………… Rp ………………./……… (dalam satuan)
f. Produk………………………… Rp ………………./……… (dalam satuan)
11. Bagaimanakah cara Bapak menjual barang jadi
/produk tersebut ?
Kas =
…………..%
Kredit =
…………..%
12. Berapa lamakah piutang dapat dikumpulkan
lagi ? …………. minggu
13. Berapa rata-rata laba yang dapat dicapai
setiap minggu ?
dari Rp ……………………………… sd. Rp ………………………………..
14. Bagaimanakah perkembangan penjualan selama
lima tahun terakhir ?
Tahun Nilai
Penjualan
…………. Rp
…………………………….
…………. Rp
…………………………….
…………. Rp
…………………………….
…………. Rp
…………………………….
…………. Rp
…………………………….
15. Bagaimanakah
perkembangan harta (total aktiva) perusahaan Bapak selama lima tahun
terakhir ?
Tahun Modal kerja
aktiva Harta
Total
(aktiva lancar ) (harta tetap) (total aktiva)
……… Rp ………………….. Rp …………….. Rp …………………..
……… Rp ………………….. Rp …………….. Rp …………………..
……… Rp ………………….. Rp …………….. Rp …………………..
……… Rp ………………….. Rp …………….. Rp …………………..
……… Rp ………………….. Rp …………….. Rp …………………..
16. Bagaimana
perkembangan laba yang dapat dicapai selama 5 tahun terakhir ?
Tahun Jumlah laba
……… Rp ……………………….
……… Rp ……………………….
……… Rp ……………………….
……… Rp ……………………….
……… Rp ……………………….
17. Bagaimanakah Bapak membiayai modal kerja
usaha/perusahaan selama lima terakhir ?
Tahun Modal Kerja Utang
bahan Utang Jangka Modal Sendiri
(aktiva lancar) Jangka …
………. Rp ………………
Rp …………….. Rp ……………… Rp …………….
……….
Rp ……………… Rp …………….. Rp ……………… Rp …………….
……….
Rp ……………… Rp …………….. Rp ……………… Rp …………….
……….
Rp ……………… Rp …………….. Rp ……………… Rp …………….
……….
Rp ……………… Rp …………….. Rp ……………… Rp …………….
IV. Pengendalian
1. Apakah Bapak mencatat kegiatan usaha yang
dilakukan tiap hari ? Ya / tidak
2. Jika ya, buku-buku apa saja yang Bapak
miliki ?
a. Buku harian e. Buku embelian h. …………………..
b. Buku Jurnal f. Buku piutang h.
…………………..
c. Buku kas f. Buku utang i.
……………………
d. Buku Penjualan g. Buku persediaan j. ……………………
3. Apakah Bapak menetapkan jumlah persediaan
minimal setiap minggu ? Ya / tidak
4. Jika ya,
berapa besar jumlah persediaan yang ditetapkan ?
Jenis persediaan Jumlah
a. ………………………. ………………….. (dalam satuan)
b. ………………………. ………………….. (dalam satuan)
c. ………………………. …………………..
(dalam satuan)
d. ………………………. ………………….. (dalam satuan)
e. ………………………. ………………….. (dalam satuan)
5. Apakah Bapak melakukan pemesanan bahan
secara teratur setiap minggu ? Ya / tidak
6. Dalam melakukan pemesanan setiap waktu
apakah bapak menetapkan jumlah pesanan yang menguntungkan ? Ya / tidak
7. Jika ya, bagaimana cara Bapak
menetapkannya. Jelaskan :
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
8. Apakah Bapak pernah mendengar
istilah-istilah di bawah ini :
a. Jumlah Pesanan Ekomonis b. Titik
Pesanan Kembali c. Pendekataan
ABC
9. Jika ya, apakah Bapak pernah gunakan pada
bidang kegitan Bapak ?
a. Jumlah Pesanan Ekonomis
b. Titik Pemesanan Kembali
c. Pendekatan ABC
=============== Terima Kasih =========